Kamis, 01 Mei 2008

Artikel

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Pada acara debat siswa, ada satu kelompok yang mempertahankan pendapatnya bahwa korupsi di Indonesia sangat sulit diberantas karena sudah membudaya. Korupsi ada di mana-mana, dari anak-anak sekolah sampai orang tua, dari pelosok desa sampai kota metropolitan, dari rakyat jelata sampai pejabat negara. Jadi semua lapisan masyarakat di Indonesia terkena penyakit yang namanya korupsi. Memang pada acara debat ini korupsi didefinisikan sebagai segala bentuk manipulasi yang merugikan orang lain, lembaga atau negara. Anak-anak sekolah sudah mulai mencari-cari alasan bila ditanya “mengapa terlambat masuk sekolah?, mengapa tidak mengerjakan pekerjaan rumah?” dan lain-lain. Apalagi pejabat-pejabat negara yang selalu berurusan dengan uang, mengkoordinasikan bantuan, ada-ada juga alasan. Entah untuk uang bensinlah, uang lelah, uang koordinasi dan lain-lain, yang ujung-ujungnya merugikan orang lain dan keuangan negara.
Semua orang kalau ditanya “ apakah korupsi di Indonesia harus diberantas?”, pasti jawabnya harus. Semua orang setuju kalau korupsi diberantas, tetapi ironisnya korupsi di Indonesia juga tidak kunjung berkurang. Pemerintah sudah berusaha keras untuk memberantas korupsi di Indonesia. Semestinya masyarakat dari semua kalangan harus mendukung usaha pemerintah tersebut. Kalau pemerintah berusaha memberantas korupsi berdasarkan hukum, lewat pengadilan, yang terbukti salah dikenai hukuman. Sedangkan usaha masyarakat seharusnya lewat penyadaran-penyadaran. Penyadaran terhadap tindakan anti korupsi akan mengurangi korupsi di Indonesia. Menurut Stephen R. Covey kebiasaan akan membentuk karakter. Kalau dalam keseharian sudah dibiasakan tidak korupsi maka akan membentuk karakter bangsa yang anti korupsi.
Penyadaran-penyadaran anti korupsi ini dapat dimulai dari generasi muda yang masih duduk di bangku sekolah. Peran orang tua, guru, sekolah dan Dinas Pendidikan sangat penting dalam proses ini. Orang tua, guru dan pejabat Dinas Pendidikan harus dapat menjadi teladan. Menjadi teladan memang tidak mengenakkan, kadang malah menyengsarakan. Bahkan ada yang mengatakan arti teladan adalah ”telat mangan edan” (terlambat makan jadi gila). Dengan memberi teladan tidak memanipulasi (tidak korupsi) memang pendapatan secara materi akan berkurang, tetapi mengapa tidak kalau itu demi masa depan anak-anak dan bangsa Indonesia. Bantuan lembaga pemerintah atau lembaga donor akan sampai tujuan jika tidak terjadi kecurangan-kecurangan para pengelolanya. Tidak ada kuitansi fiktif atau uang masuk ke pejabat tanpa kuitansi.
Setelah memberi teladan seharusnya dilanjutkan dengan pelatihan-pelatihan anti korupsi di sekolah. Sudah ada beberapa sekolah yang menerapkan kurikulum anti korupsi. Misalnya dengan membuka warung atau kantin kejujuran di sekolah, siswa diharapkan secara mandiri mengambil barang dan membayar sendiri tanpa pengawasan. Siswa dilatih selalu jujur dalam tindakan dan jujur terhadap siapapun termasuk terhadap dirinya sendiri. Ini memang sesuatu yang tidak mudah, tetapi yakinlah bahwa dimasa depan akan ada hasilnya. Pelatihan-pelatihan kejujuran yang dilakukan di sekolah-sekolah ini tidak ada artinya kalau tidak didukung dan tidak ditindaklanjuti oleh orang tua dan masyarakat. Kalau di sekolah dilatih kejujuran dalam hal-hal kecil tetapi dikeluarga dan masyarakat dihadapkan pada kecurangan-kecurangan, maka usaha dari sekolah ini akan sia-sia belaka.
Keluarga, sekolah dan masyarakat harus saling mendukung dan melatih anak-anak bertindak jujur. Kalau semua ini dapat dilakukan dengan baik, yakinlah bahwa dua sampai tiga dasa warsa mendatang bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang terbebas dari korupsi.

Penulis : B.S. Subekti
Pengajar matematika SMP Marganingsih Muntilan

Misi Pribadi

MISI PRIBADI
B. Subekti
Sebagai guru Matematika di SMP Marganingsih Muntilan


Matematika adalah ilmu yang bersifat deduktif aksiomatis, sehingga prasyarat dalam belajar matematika adalah menguasai konsep-konsep sebelumnya. Berpikir secara kontinue sesuai dengan aturan yang berlaku.

Tujuan Pembelajaran Matematika di SMP adalah :
1. Penataan pola pikir (berpikir vertikal)
2. Membantu dalam kehidupan sehari-hari
3. Matematika untuk matematika itu sendiri

Arah pembelajaran : Penyembuhan dan pengembangan

Metode Pembelajaran
1. Penyampaian secara sistematis dan logis (dengan contoh konkrit dan sederhana)
2. Bersemangat dan menuntut keaktifan individu
3. Dengan retorika yang menarik


Motto : Guru adalah sahabat siswa yang cerdas, kreatif dan menyenangkan



Penting dalam Mengajar :
Dekat dengan siswa
Masuk ke dunia siswa
Menggunakan sarana / contoh dalam lingkungan
Penuh semangat, berani, disiplin, total dan sugestif
Mengajar dengan sistematis
Suara lantang dan dinamis
Riang dan humoris
Trick dalam menyelesaikan soal