Minggu, 07 September 2008

Seminar Guru Matematika dan Fisika

Pada Hari Sabtu, 6 September 2008 bertempat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta MPK KAS mengadakan seminar sehari.
Menuju sekolah unggul dilihat dari input dan outputnya dapat dibedakan menjadi 4 tipe sekolah. disampaikan oleh Drs. Ratno Harsanto, M.Si. Salah satu tipe sekolah yang ideal adalah :
  • Input kemampuan peserta didik rendah
  • Siswa berasal dari keluarga menengah kebawah
  • Sekolah cukup dikenal diberbagai kalangan
  • Biaya pendidikan cukup murah
  • Fasilitas cukup memadai
  • Outputnya sangat tinggi
Menciptakan sistem sekolah yang baik yaitu dengan kualitas pembelajaran, kualitas pendampingan dan pembentukan karakter.

Aplikasi Kontruktivisme dalam pembelajaran matematika oleh Dr. Susento, M.S. Perkembangan Psikologi belajar dari behaviorisme (belajar adalah perubahan perilaku), Kognitivisme (belajar adalah pemerolehan pengetahuan) dan sekarang Kontruktivisme (belajar adalah kontruksi pengetahuan) itu perkembangan di dunia dan Indonesia tertinggal kira-kira 10 - 15 tahun.

Pengetahuan teknologi, konten, pedagogi (PTKP) oleh Irlan Rahardja. PTKP adalah kombinasi dari teknologi, pedagogi, konten dan pengetahuan. Pengajaran efektif dengan teknologi membutuhkan pemahaman yang saling bermanfaat untuk menguatkan hubungan antara ketiga elemen secara bersama dalam pengembangan yang tepat, konteks strategis spesifik dan mewakilinya. Pengembangan PTKP : Pengenalan (pengetahuan), Penerimaan (persuasi), Adaptasi (keputusan), Eksplorasi (implementasi), Kemajuan (konfirmasi).

Gagasan tentang konektivisme dan penerapannya di sekolah oleh Arif Abadi Surya. Dunia pendidikan Indonesia menghadapi 3 masalah :
  1. Mutu pendidikan yang tidak merata dan sebangian besar mutunya rendah
  2. Keikutsertaan dalam dunia pendidikan yang tidak merata dan tingkat keikutsertaan yang rendah.
  3. Manajemen pendidikan yang tidak merata dan sebagian besar bermutu rendah.
Dengan memasukkan teknologi dan melakukan hubungan sebagai kegiatan pembelajaran, kita mulai menggerakkan teori pembelajaran memasuki era digital. Kita tidak memperoleh pembelajara secara individual, kita memperoleh kompetensi dengan melakukan hubungan. Pengalaman bukan lagi guru yang terbaik. Karena kita tidak dapat mengalami segala sesuatu semuanya, pengalaman orang lain kita perlukan. Pembelajaran dalam pengertian connectivism dipahami sebagai proses yang terjadi dalam lingkungan-lingkungan perubahan elemen-elemen inti pembelajaran yang kabur dan tidak sepenuhnya dalam kendali seorang diri. Kegiatan pembelajaran berfokus pada penghubungan kumpulan-kumpulan informasi khusus dan hubungan-hubungan lain yang memungkinkan kita belajar lebih banyak. Sekolah-sekolah kita masih banyak yang memakai paradigma lama. Proses belajar mengajar berjalan "one way traffic" dengan guru sebagai nara sumber. Modernisasi diartikan sebagai adanya tambahan satu laptop dan proyektor LCD yang berfungsi sekedar sebagi pengganti papan tulis. Kita ditantang untuk mengubah sekolah kita, karena bila tidak berarti kita membiarkan mereka menjadi museum-museum pendidikan yang akan melahirkan generasi yang bukan hanya gagap teknologi, tetapi juga gagap pengetahuan di tengah dunia yang sadar teknologi dan mengalami pencerahan melalui pengetahuan.