Sabtu, 18 Oktober 2008

7 KIAT SUKSES BELAJAR MATEMATIKA

1. Cintailah

Cintailah apa saja yang berhubungan dengan matematika : bukunya, alat perganya, gurunya dan lain-lain. Karena dengan mencintai akan berusaha selalu dekat dan mengenal lebih dalam tentang matematika.

2. Belajarlah dengan continue

Belajarlah matematika secara terus menerus, setapak demi setapak jangan mudah putus asa. Usahakan jangan ada materi yang sampai tidak bias, supaya tidak menghambat jika digunakan sebagai prasyarat pada materi berikutnya.

3. Sabar dan jangan ingin cepat hasilnya

Belajar matematika harus dengan sabar, dan proses menjadi hal yang utama, jangan hasilnya.

4. Kuasai berhitung

Berhitung adalah sarana utama untuk menyelesaikan persoalan matematika dan jangan biasakan menghitung memakai alat elekronik

5. Gunakan proses berpikir yang logis dan kreatif

Jangan selalu meniru cara-cara yang sudah ada, tetapi cobalah berpikir dan temukan caranya sendiri dengan logis dan kreatif.

6. Berlatih

Berlatih dan berlatih terus sampai betul-betul paham karena daya juang akan menentukan keberhasilan.

7. Bertanyalah

Segera bertanya kalau menghadapi kesulitan

Selamat mencoba, semoga Matematika menjadi sahabat Anda, bukan momok bagi Anda

Senin, 13 Oktober 2008

SIAL DI HARI LEBARAN

Maksud hati mau mencari enak tetapi dapatnya malah sial. Saya sekeluarga ingin mudik dari Muntilan ke Klaten dan mencari waktu yang enak. Saya temukan dan saya rencanakan waktu yang enak tersebut yaitu lebaran hari pertama pagi-pagi buta. Tiba saatnya lebaran hari pertama jam 5 pagi saya berangkat dari muntilan menuju Klaten, dalam benak saya sebelum sholat Id kami sudah sampai di Klaten.

Tiba saatnya jam 5 pagi saya bersama istri dan anak berangkat dari Muntilan menuju Klaten, jalan amat sangat sepi tidak seperti biasa jalan yang selalu padat, maka dengan santai kami menelusuri jalan Muntilan Yogya yang sangat lengang. Tetapi sial tidak dapat dikira apalagi ditolak, sesampai di Semen (sebelah Masjid Semen) Ban belakang sepeda motor saya bocor, mati aku hari gini pasti tidak ada tambal ban yang buka. Kami berhenti sebentar dan merenung apa yang harus kami lakukan? Akhirnya saya putuskan jalan nuntun sepeda motor siapa tahu ada bengkel yang buka. Memang ada tambal sepeda tapi tukang tambalnya tidak ada di tempat karena memang tidak tinggal di situ. Setelah sampai di Jembatan Krakitan saya putuskan nuntun sepeda motornya berbalik arah saja. Dalam benak saya kalau tidak ada tambal ban yang buka kaki saya, anak dan istri saya bisa semplak sampai di Klaten.

Perjalanan nuntun sepeda motor berbalik arah menuju ke Muntilan, kalau terpaksanya tidak ada tambal ban pulang ke Muntilan lebih dekat dari pada ke Klaten. Sesampai di pertigaan Semen (jalan menuju ke Ngluwar) bertemu dengan bapak-bapak tukang ojek yang baik, dengan ramah bapak-bapak tersebut menunjukkan bengkel tambal ban yang dihuni oleh tukang tambal bannya. Syukurlah ini mungkin akhir nuntun sepeda motorku yang melelahkan. Oleh bapak-bapak tadi ditunjukkan bahwa tambal ban di depan sebelah kanan POM bensin Gremeng (diseberang jalan) di huni oleh pemiliknya. Setelah saya menyampaikan terima kasih kepada bapak-bapak tersebut akhirnya saya menyeberang jalan dan menuju ke tempat tersebut dengan harapan bisa membantu menambal banku.

Sesampai di tempat tersebut walaupun ragu saya beranikan diri untuk mengetuk pintu. Setelah beberapa kali mengetuk pintu akhirnya pintu dibukakan sedikit yang kelihatan adalah wanita cantik walaupun baru bangun tidur dibalik daun pintu. Nuwun mbak badhe nyuwun tulung nambalke ban, itu kalimat saya dengan sopan minta tolong. Dengan cepat wanita tersebut menjawab nembe tutup mas dan langsung menutup pintunya. Habislah harapanku. Akhirnya saya istirahat di depan rumah tersebut. Karena di depan rumah tersebut ada (lincak) kursi panjang dari bambu maka anakku yang baru umur 6 tahun istirahat sambil tiduran. Saya kembali merenung mengapa saya menjadi orang miskin? motor saja sudah tua sering mogok dan bannya bocor. Mengapa saya tidak bisa menjadi orang kaya? yang bisa mempunyai mobil mewah yang tidak bisa mogok dan tidak bisa bannya bocor? Apakah di hari raya yang fitri ini kita tidak bisa membantu orang lain yang sedang kesusahan? Apakah dihari raya ini kita harus hanya kunjung- mengunjung, memakai pakaian baru dan makan yang enak-enak?

Setelah rasa capeknya berkurang dan merenungnya selesai kembali kami melanjutkan perjalanan. Kembali beberapa tambal ban kami temukan tetapi lagi-lagi tidak ada orangnya, sampai-sampai saya harus ngintip beberapa bengkel tambal ban memang gelap dan tidak ada penghuninya. Beberapa orang yang kami temuan di jalan saya tanyai dan selalu mengatakan tukang tambal bannya tidak tinggal di situ. Setelah perjalanan agak jauh ada seorang bapak naik sepeda motor berhenti hanya ingin memberi tahu bahwa di seberang jalan dekat pusat oleh-oleh Sandi ada tukang tambal ban yang orangnya tinggal di situ. Dengan harapan yang tipis saya lagi-lagi menuju ke tempat yang ditunjukkan oleh bapak tadi. Di situ ada ibu yang sudah agak tua maka saya bilang : Bu nyuwun tulung badhe nambalke ban (bu minta tolong akan nambal ban), ibu tersebut agak ragu mau menjawab, niki nembe tutup ki mas, mangke nek bikak di seneni anake ( ini baru tutup mas kalau buka nanti dimarahi anaknya). Saya bisa memahami sebenarnya ibu ini mau membantu tapi ragu kalau anaknya marah. Mungkin anaknya berpendapat di hari raya harus istirahat, pegawai dan pejabat saja pada cuti kok. saya pun bisa memahami pendapat anak ibu tersebut. Saya berpikir sejenak saya harus bagaimana? tiba-tiba ada orang setengah baya yang mendekat, maaf penampilannya agak sangar dan kurang bersih. Orang tersebut mengatakan pada ibu setengah baya tersebut mbah bukakno tak tambalke, mesakne mlakune wis adoh kok (Mbah di buka saja nanti saya tambalkan, kasihan jalannya sudah jauh) . Rupanya orang tersebut sudah melihat saya, anak dan istri saya berjalan jauh dan merasa kecapekan dan timbul rasa iba untuk membantu saya. Maka setelah dibuka mas ini membantu mengganti ban belakang saya. Syukur alhamdulillah masih ada orang yang baik hati. Sambil menunggu menyelesaikan mengganti ban, saya kembali merenung, menilai orang tidak bisa dari luarnya saja. Orang yang berpenampilan sangar ternyata baik hati dan mau membantu orang yang sedang berkesusahan tanpa melihat siapa orangnya, karena saya dan orang tersebut memang tidak kenal. Sebaliknya orang yang berpenampilan cantik mendengarkan perkataan orang saja tidak mau apalagi membantu.

Akhirnya mengganti ban selesai dan saya membayar sesuai tarip yang ditentukan pemilik bengkel, sebagai rasa terima kasih saya, saya berikan uang sekedarnya untuk orang yang baik hati mau menolong sesamanya. Memang hanya itu yang bisa saya berikan tetapi saya yakin orang yang baik selalu akan mendapat yang baik pula. Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih dan saya melanjutkan perjalanan menuju ke Klaten.

Di sepanjang perjalanan sangat sepi hanya beberapa mobil dan motor yang lewat. Tetapi ada keanehan yang saya temui di sepanjang jalan, walaupun jalan sepi dan tidak ada petugas polisi yang jaga pengguna jalan pada tertip semua. Pada lampu bangjo di sepanjang jalan, kalau lampu merah pada berhenti walaupun jalan sepi. Tidak seperti hari-hari biasa jalan ramai kalau tidak ada petugas banyak yang ngeblong lampu banjo. Jika setiap hari kondisi jalan pada tertip seperti ini betapa nyamanya pengguna jalan kita.