Rabu, 20 Agustus 2008

pentas 17 agustusan

PEMANTAPAN SERTIFIKASI


Pemantapan sertifikasi guru rayon 11 diadakan pada hari selasa, 19 Agustus 2008 di GOR UNY Yogyakarta yang diikuti oleh 5.203 guru dari 14 kabupaten provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Jumlah ini terdiri atas 4649 orang guru dari Depdiknas dan 554 guru dari Depag.
Pada acara ini hadir Dirjen Dikti Dr Fasli Jalal, Dirjen PMPTK Depdiknas Dr Baedhowi, Rektor UNY, Rektor Universitas Sanata Dharma, Rektor Universitas Sarjana Wiyata, Rektor Universitas Ahmad Dahlan, juga dihadiri para bupati dan kepala Dinas.
Untuk penerbitan SK, para guru (PNS) yang telah lulus uji sertifikasi harus memenuhi tiga syarat pokok, yakni menyerahkan foto copy SK kenaikan gaji terakhir, SK beban mengajar dari kepala sekolah dan foto copy rekening bank.
Syarat bagi guru non-PNS atau swasta, selain tiga syarat di atas juga harus melampirkan SK Guru Tetap Yayasan untuk in-passing jabatan fungsional guru. ada syarat lain yang harus dipenuhi oleh para guru yaitu harus mengajar 24 jam tatap muka selama 1 minggu sesuai bidang uji kompetensinya, bila masih kurang dapat mengajar di Kejar Paket A, B atau C, atau boleh juga mengajar di sekaloh lain.
Dari 5.203 guru yang lolos sertifikasi, Guru SLB yang diangkat Propinsi DIY dari Diknas sebanyak 43 orang, Kabupaten Bantul sebanyak 389 guru (Diknas 336 dan Depag 53), Sleman sebanyak 503 guru (Diknas sebanyak 437 dan Depag sebanyak 66), Gunungkidul sebanyak 384 guru (Diknas 347 dan Depag 37), Kulonprogo sebanyak 245 guru (Diknas sebanyak 210 dan Depag 35), Jogja sebanyak 287 guru (Diknas 257 dan Depag 30).
Sisanya berasal dari Kabupaten Cilacap 489 guru, Banyumas 449 guru, Purbalingga 310, Banjarnegara sebanyak 289, Kebumen sebanyak 614, Purworejo sebanyak 306, Kabupaten Magelang sebanyak 543, Temanggung sebanyak 245 dan Kota Magelang sebanyak 104 guru.
Tujuan sertifikasi guru tujuannya antara lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan juga meningkatkan kesejahteraan guru, tapi sayang kita juga tidak tahu kapan tunjangan profesi itu sendiri akan turun.
Acara pemantapan sertifikasi guru tersebut diawali dengan berdesak-desakan karena sebanyak 5.203 guru tersebut harus membayar Rp50.000,00 dalam beberapa loket dan pembayaran harus kolektif dengan guru yang lain ditempat itu juga. Akhir acara juga dengan semrawut karena pembagian sertifikat sebanyak itu juga tidak jelas, ada yang berdesakan untuk mengambil, ada yang dibawa kedinas kabupaten/kota bahkan ada juga yang dibagi di tempat dengan memanggil satu persatu.

Rabu, 13 Agustus 2008

Sabtu, 09 Agustus 2008

Sinetron dan Sekolah

Sinetron dan Sekolah

Media informasi berkembang begitu cepat, saat ini televisi sudah merambah kesemua lapisan masyarakat. Televisi sebagai sarana mendapatkan informasi, juga sebagai sarana hiburan. Stasiun pemancar televisi juga berkembang pesat dan dapat diterima sampai pelosok-pelosok desa. Seharusnya siaran-siaran televisi tersebut dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran masyarakat supaya bangsa kita lebih maju. Tetapi siaran-siaran televisi seperti sinetron menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, terutama anak-anak muda yang masih duduk dibangku sekolah.

Tema-tema sinetron di televisi, sebut saja pengantin remaja dan kawin muda yang baru menjadi trend kaum muda di kota metropolitan sangat tidak sesuai dengan keadaan anak muda di daerah. Dari segi ekonomi keluarga, kawin muda bagi selebritis muda bukan masalah, bagaimana bagi kaum muda di daerah?. Gaya hidup, misalnya dengan gaya anak laki-laki yang ditindik (pakai anting) dan tubuhnya ditato juga banyak ditiru oleh anak-anak muda di daerah. Kadang penampilan seperti ini menjadi masalah di masa depan. Karena banyak lembaga atau instansi yang tidak mau menerima penampilan seperti itu jika ingin melamar pekerjaan. Belum lagi gaya bahasa yang tiru-tiru di sinetron sangat merusak tatanan berbahasa, terutama bahasa Jawa. Tayangan sinetron juga bersamaan dengan jam belajar anak sekolah. Ini dapat mengganggu jam belajar anak dan akhirnya akan mempengaruhi kualitas pendidikan.

Bukan berarti saya tidak setuju sinetron, tetapi lebih baik kalau temanya yang mendidik dan jam tayangannya disesuaikan. Bagi orang tua sebaiknya memberi teladan dengan membatasi diri menonton sinetron. Bagi kaum muda gaya hidup seperti kawin muda, tindikan (pakai anting bagi laki-laki), potongan rambut, tato dan gaya busana itu hanya trend yang sifatnya sementara. Jangan melakukan tindakan yang permanen yang membekas pada diri Anda dan justru akan merugikan Anda sendiri di masa depan.

Keluarga Sebagai Basis Pendidikan

KELUARGA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN

Menemukan Indahnya Cinta Tuhan dalam Semangat Persaudaraan dalam Karya, itulah tema yang diambil dalam rekoleksi masa Pra Paskah Yayasan Marsudirini Kompleks Muntilan. Rekoleksi ini diadakan pada tanggal 24 Februari 2007 di rumah Retret Santo Fransiskus Muntilan, diikuti oleh guru dan karyawan TK Santa Theresia, SD Marsudirini, SMP Marganingsih dan SMA Marsudirini Muntilan. Rekoleksi yang sangat meriah dan dalam suasana kegembiraan ini dibimbing oleh Romo Carol MSF dari Pusat Pendampingan Keluarga Keuskupan Agung Semarang. Inilah hasil permenungan kami dari rekoleksi tersebut.

Setelah perkenalan singkat Romo Carol memaparkan situasi konkrit yang memprihatinkan saat ini antara lain :

1. Merosotnya nilai-nilai dasar keluarga. Anggota keluarga sibuk dengan kegiatannya sendiri, jarang ada waktu luang untuk sekedar berkumpul bersama keluarga, yang lebih parah banyak yang kesetiaan terhadap keluarga mulai luntur.

2. Perceraian dan pernikahan kedua.

3. Perkawinan campur. Di Keuskupan Agung Semarang perkawinan campur cukup besar sekitar ada setengahnya dari perkawinan yang ada.

4. Dampak negatif globalisasi.

5. Pendangkalan iman dan pindah agama.

6. Individualisme, hedonisme, konsumerisme, pornografi, sekularisasi dan lain-lain. Sifat individualisme, mikir dirinya sendiri sudah menjangkit dari anak-anak sampai orang tua. Manusia sekarang bersifat hidonisme, semangat menikmati, apa saja dinikmati sehingga nilai-nilai yang lain dikurbankan. Manusia sekarang juga bersifat apa saja dipakai, di beli kalau mampu tanpa memikirkan butuh atau tidak, juga mengukur keberhasilan orang dari duniawi, harta dan uang. Itulah virus-virus yang akan merusak keluarga dan pendidikan kita.

Dari keadaan seperti itu maka fokus perhatiannya pada :

1. Keluarga sebagai basis penanaman habitus dan budaya baru. Di dalam keluarga harus ditanamkan budaya damai, saling memaafkan, cinta dan kepedulian serta penanaman dan pewarisan iman.

2. Budaya sayang kehidupan. Harus ditanamkan budaya menghargai Tuhan, Menghargai orang lain dan menghargai lingkungan.

Peran keluarga sangat penting dalam perkembangan gereja, karena gereja memang harus dimulai dari keluarga. Evangelisasi seharusnya dari keluarga, untuk keluarga dan bersama keluarga. Keluarga juga merupakan tempat pertama untuk pendidikan anak sebelum ia didik oleh sekolah atau lembaga-lembaga lain. Karena pentingnya peran keluarga dalam kehidupan menggereja atau bermasyarakat, maka acara dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Diskusi dengan materi : Apa yang membuatku bahagia, Apa yang membuatku prihatin dan Apa yang kuharapkan dan Apa sumbanganku dalam keluarga. Diskusi berlangsung sangat meriah, masing-masing kelompok memplenokan hasil diskusi kelompoknya dan membuat yel-yel yang kreatif dan kompak. Ada yang mengambil yel-yelnya mbah Maridjan, Rosa-rosa, ada juga yang mengambil nama Thukul.

Setelah diskusi selesai dilanjutkan lagi pemaparan dari Romo Carol MSF tentang relasi suami istri. Hubungan suami istri seharusnya berdasarkan :

1. Kecocokan; kecocokan bukan masalah selera tetapi harus mengubah diri.

2. Mencintai berarti memberi tanpa meminta apapun.

3. Relasi yang kuat didasarkan pada penyesuaian diri

4. Suami istri adalah padanan, parnert sampai mati.

5. Bersikap jujur dan terbuka antara suami istri

6. Berterima kasih kepada pasangan.

7. Berbagi cerita lucu

8. Memaafkan dan meminta maaf pada pasangan.

9. Membuat pasangan merasa bangga dan percya diri

10. Memperlakukan dengan penuh pengertian.

11. Menahan diri tidak banyak mengeluh.

Peran orang tua (suami istri) dalam keluarga yang sangat penting adalah mendidik anak-anaknya. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak berdasarkan buku karya pasangan suami istri Drs. AL. Soerjanto dan Dra. M. Widiastoeti Soerjanto adalah sebagai berikut :

1. Perkawinan yang disiapkan dengan baik

2. Pemberian gizi yang cukup

3. Pemberian teladan hidup

4. Perhatian dan kasih sayang

5. Suasana yang demokratis

6. Latihan bekerja

7. Teguran yang bijaksana

8. Perhatian pada ”tangki cinta”

9. Kedisiplinan

10. Kerahasiaan konflik internal

11. Simpati dan empati

12. Pendampingan

13. Persahabatan

14. Keutamaan-keutamaan

15. Perlunya rahmat Allah

16. Doa yang tulus

Pendidikan anak dibidang iman tidak kalah pentingnya. Yang dimaksud dengan pendidikan iman ialah proses dan usaha-usaha orang dewasa untuk membantu anak-anak agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah. Faktor-faktor pendukung perkembangan iman anak adalah sebagai berikut :

1. Keyakinan dalam diri anak bahwa dirinya dianugerahi Allah berbagai talenta.

2. Teladan iman dari orang tua dan orang-orang dewasa yang lain.

3. Rasa aman untuk mengagumi dan bertanya.

4. Dorongan untuk mencintai alam beserta segala isinya.

Selesai pemaparan-pemaparan materi tersebut dilanjutkan dengan wisata iman, yang diisi dengan permainan-permainan yang diikuti oleh semua peserta rekoleksi dengan antusias walaupun waktu itu hujan cukup deras. Akhirnya rekoleksi selesai dan ditutup dengan Misa Kudus oleh Romo Carol MSF. Dalam Misa tersebut ada peserta yang menyampaikan kesan ”betapa bahagianya kalau hidup ini di jalani dengan ceria, tidak ada marah dan tidak ada dendam”. Terima kasih Romo, Terima kasih Suster, terima kasih semua. Berkat Tuhan.

B.S. Subekti

Pengajar Matematika SMP Marganingsih Muntilan