Rabu, 31 Maret 2010

Ujian Nasional SMP

Ujian Nasional SMP dan sekolah yang sederajat dilakukan serentak di seluruh wilayah Indonesia, yaitu pada tanggal 29 Maret 2010 sampai dengan 1 April 2010.
Senin, 29 Maret 2010 mata pelajaran Bahasa Indonesia
Selasa, 30 Maret 2010 mata pelajaran Bahasa Inggris
Rabu, 31 Maret 2010 mata pelajaran Matematika
Kamis, 1 April 2010 mata pelajaran IPA
Bagi saya UN ini merupakan hari pertama tahun pelajaran 2009/2010 saya masuk sekolah setelah cuti panjang mulai dari bulan Juli 2009.
Saya cuti panjang dikarenakan sakit tumor otak sehingga harus operasi dan terapi.

Minggu, 07 Maret 2010

TUMOR




Foto sesudah operasi tumor otak dan sebelum sakit




Hampir satu tahun tidak membuka blog ini karena aku baru mendapat anugerah yang begitu besar yaitu menderita tumor otak.

Sekarang saya bisa berbangga hati karena terbukti mempunyai otak setelah di operasi 2 kali pada tanggal 8 Juli 2009 dan 17 Juli 2009 dan terbukti pula otak saya berada di kepala bukan di dengkul, benar juga kalau saya memakai helm di kepala bukan di dengkul.

PERJALANAN SAUDARA TUMORKU
Tidak seperti kalimat diatas awalnya yang terpikir olehku.
sejak tahun 2008 saya mengalami sakit kepala, awalnya saya pikir sakit kepala biasa atau karena tekanan darah turun sehingga saya banyak makan sate dan tonseng kambing. Ternyata pusingnya sembuh tetapi tidak berapa lama pusing kambuh lagi. Akhirnya saya bawa ke dokter umum dikasih obat dan sembuh tapi lagi-lagi hanya sementara dan kambuh lagi malah ditambah penglihatan yang kabur, sehingga saya lanjutkan pengobatan ke dokter specialis mata. Diberi vitamin dan dianjurkan memakai kaca mata, pusing hilang tetapi penglihatan masih terganggu, saya jalani saja kegiatan saya sehari-hari dengan penglihatan agak terganggu, pikir saya hanya belum terbiasa memakai kaca mata. Waktu berjalan hingga akhirnya pusingnya kambuh lagi yaitu pada bulan April 2009. Pusing kepala belakang kadang pindah ke samping tidak pernah reda, baik bangun tidur, siang waktu kerja ataupun sore ditambah badan rasanya lemas tidak bertenaga, perut mual dan muntah. Setiap saat saya datang ke dokter umum diberi obat dan sembuh sementara, kejadian kedokter umum berulang-ulang membuat saya ingin cek ada apa sebetulnya di kepala saya ini.Atas desakan istri akhirnya pada tanggal 7 Juli 2009 saya dengan diantar istri dan anak saya periksa ke dokter specialis syaraf rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Oleh dokter dianjurkan untuk CT Scan dan hasilnya diharapkan membawa ke dokter untuk di ambil tindakan. Dengan rasa agak takut saya masuk ruang CT Scan, ternyata hanya sekitar lima menit didalam ruang dan akhirnya disuruh nunggu sekitar dua jam. Sambil menunggu hasil saya masih sempat main-main ke Gramedia.Tiba saatnya mengambil hasil CT scan untuk dibawa ke dokter. diperjalanan menuju ruang periksa dokter saya sempat mengintip hasil print out CT Scannya ternyata ada tulisan tumor, seperti disambar petir di siang bolong, matilah aku sampai disini hidupku mungkin, tidak terbayangkan sebelumnya.
Dokter menyampaikan kepada kami : Sekarang jamannya maju penyakit disampaikan terus terang kepada pasien dan keluarga. Menurut hasil CT Scan ada tumor sebesar 3 cm x 2,5 cm disebelah kiri batang otak dan mendekati batang otak sehingga mengganggu sirkulasi cairan otak.Penyakit ini dinamakan hidrocifalus shop, kalau anak kecil kepalanya membesar, karena bapak tengkoraknya sudah keras maka kepalanya tidak membesar tetapi cairan tersebut mendesak organ-organ otak dan mengganggu fungsinya, kata dokter. Kata dokter selanjutnya secara medis ini harus dioperasi dan operasinya dua kali,pertama operasi pemasangan selang untuk mengalirkan cairan otak ke lambung. Yang kedua operasi pengambilan tumor. Tetapi semua yang menentukan keluarga. Bisa langsung operasi di sini, pulang dulu atau mencari rumah sakit yang lain. Di rumah sakit ini sering menangani penyakit seperti ini. Waktu itu saya sudah tidak bisa berkata apa-apa, dalam benak saya hanya mati aku, tetapi beda dengan istriku yang begitu tegar menghadapi semua ini. Istri saya langsung menyampaikan operasi di sini saja pak dan sekarang opname. Waktu itu saya ikut istri saja. Setelah menyelesaikan administrasi saya disiapkan untuk persiapan opname dan operasi yang pertama.

Tumor mendekatkan diri pada Tuhan
Dalam persiapan opname saya harus diinfus dan tiduran tidak boleh pergi kemana-mana.
Saya masih menawar pada perawat supaya diijinkan keluar terlebih dulu, sebetulnya saya belum siap untuk operasi tetapi tidak saya sampaikan kepada siapapun, termasuk istri. Setelah sampai diluar kami (saya, istri, anak dan yang mengantar) ke kantin dulu untuk makan siang bersama, tetapi saya tidak bisa menikmati makan siang waktu itu. Sambil makan yang rasa makanannya tidak karuan tersebut, istri dan teman yang mengantar tadi memberikan penguatan kepada saya, sehingga saya mantap untuk menjalani operasi ini.
Akhirnya saya masuk dalam ruang persiapan, diinfus, tidak boleh bangun dan dibawa ke bangsal Elisabet 2. Karena kami tidak persiapan untuk opname maka istri, anak dan yang mengantar pulang dulu untuk mengambil bekal untuk opname. Saya dibangsal sendirian, pikiran saya gundah mengapa saya harus begini, padahal saya dari kecil belum pernah sakit dan masuk rumah sakit. Paling tidak ada dua pikiran yang menghantui diri saya.
Pertama, salah saya apa sehingga Tuhan harus menghukum saya dengan penyakit tumor otak?, mengapa harus saya? tidak yang lain?. Penyakit yang menurut saya langka karena saya belum pernah menemui saudara atau teman yang terjangkit penyakit seperti ini. Hanya melihat Gugun Gondrong di televisi. Dalam keheningan saya mencoba mencari kesalahan diri saya. Saya telusuri diri saya mulai dari muda sampai sekarang, ternyata tidak saya ketemukan, sehingga pikiran saya balik, mungkin ini cobaan dari Tuhan untuk saya supaya menjadi orang yang lebih kuat dan lebih baik lagi dalam kehidupannya.
Kedua, karena saya seorang guru matematika, pikiran saya langsung berpikir logis matematis, dari mana biaya untuk ini semua?.
Dalam keheningan di bangsal ini saya sempat mikir bagaimana murid-muridku?, lalu saya sms teman (Pak Agung) yang rumahnya Yogyakarta untuk datang ke Rumah Sakit Panti Rapih. Setelah pak Agung datang saya pasrahkan semua tugas saya, Pokoknya kamu tidak usah mikir pekerjaan di sekolah, kamu fokus saja disini, kata pak Agung.
Setelah pak Agung pulang gantian istri saya dan ibu-ibu satu RT datang, kami bercerita tentang penyakitku dengan tegar, padahal kalau pada tahu pikiran saya sedang kacau, masih bisa hidup atau tidak?. Kalau masih hidup, masih bisa jadi guru atau pensiun?, bisa hidup normal atau tidak?, bisa badminton lagi atau tidak?, anak saya masih kecil bagaimana?, biaya operasi dan biaya rumah sakit bagaimana?
Setelah ibu-ibu pulang tinggallah saya dan istri yang berada di bangsal itu. Kemudian aku cerita apa adanya yang ada dalam benakku. Tolong hubungi semua keluarga dan ceritakan semua ini, mintalah pertimbangan, bagaimana menurut mereka. Dan tolong tanyakan kepada dokter atau suster berapa biaya yang dibutuhkan? Hitunglah uang kita kalau cukup yang operasi kalau tidak kita pulang saja. Mendengar perkataan saya, istri saya terdiam dan tidak membantahnya, padahal saya tahu persis kalau istri saya menginginkan operasi secepatnya.Ditengah keheningan datanglah teman guru yang juga mantan kepala sekolah memberikan penguatan bahwa kita sebagai manusia harus menjalani kehidupan ini dengan pasrah.
Keesokan harinya, Rabu, 8 Juli 2009, pagi-pagi, semua keluarga sudah berkumpul dirumah sakit kecuali 2 kakak laki-laki saya, maklum baru menjadi Panitia pemilihan Presiden di daerahnya masing-masing. Semua saudara setuju dan mendukung tindakan operasi secepatnya. Oleh keluarga saya dikuatkan, berpikir positif saja tidak usah mikir yang neko-neko pasti sembuh. Saya akhirnya mantap untuk menjalani operasi ini.Saya pasrahkan hidup saya kepada Tuhan, hidup atau mati berada ditangan Tuhan, belum pernah dalam hidup aku sepasrah ini. Betul-betul dekat dengan Tuhan.
Akhirnya hari itu juga istri saya menandatangani surat persetujuan untuk operasi. 8 Juli hari yang istimewa memang buat saya, 8 Juli 1993 saya jadian berpacaran dengan sekarang yang menjadi istri saya, 8 tahun kemudian yaitu 8 Juli 2001 kami menikah dan 8 tahun kemudian yaitu 8 Juli 2009 saya dibedah kepalanya. Seperti Barisan Aritmetika saja dalam pelajaran matematika.

Tumor Mendekatkan dengan Orang Lain
Tibalah saatnya jam 15.00 WIB tanggal 8 Juli 2009, diiringi istri, saudara-saudara, teman dan kenalan-kenalan saya didorong ditempat tidur menuju ruang operasi, Pasrah waktu itu. Diiringi doa oleh keluarga dan teman-teman semua, akhirnya operasi pemasangan selang untuk mengalirkan cairan dari otak ke lambung sukses. Operasi dilakukan oleh dokter Indro Basuki ini selesai kira-kira pukul 19.00 WIB, karena operasi sukses dan kondisi saya baik maka saya langsung dibawa ke bangsal lagi. Dengan ditunggui istri dan saudara saya menjalani perawatan dengan baik. Karena kondisi saya baik maka dokter bedah syarafnya menawari mau pulang dulu atau dilanjutkan operasi yang kedua yaitu pengambilan tumor, saya jawab pikir-pikir dulu dokter. Dengan pertimbangan dari semua keluarga diputuskan langsung operasi saja, tidak pulang dulu. Pikir saya lebih cepat lebih baik. Akhirnya pada tanggal 17 Juli 2009 pukul 19.00, lagi-lagi aku didorong ditempat tidur menuju ruang operasi untuk pengambilan tumor diotak saya. Entah berapa lama aku dioperasi dan tidak sadar saya tidak ingat lagi, yang ku ingat pagi-pagi aku sadar diruang ICU sudah dipasangi berbagai alat. Oleh perawat diberi makan dan minum, ternyata tidak bisa masuk kelambung. Oleh perawat disarankan untuk makan terus, tidak apa-apa ada yang tidak masuk nanti juga sedikit-sedikit ada yang masuk. Ternyata makanan dan minuman ada yang nyasar masuk paru-paru sehingga menggangu fungsi paru-paru dan kadar oksigen ditubuh tidak normal. Semenjak itu aku tidak sadar lagi, menurut cerita istri saya banyak saudara dan teman yang besuk, aku sudah tidak tahu lagi.






Tumor melatih kesabaran
Pada tanggal 12 Agustus 2009 Dokter sudah mengijinkan saya untuk pulang untuk selanjutnya dirawat di rumah. Dengan tempat tidur yang didorong saya diantar oleh perawat dan diikuti dokter syaraf(Dr. Edi Windarto) diantar ke tempat parkir yang di sana sudah menunggu om dan adik saya yang siap menjemput. Dengan digotong adik saya yang badannya besar saya dimasukkan kedalam mobil.Pulang bukan berarti pengobatan selesai. Karena pengobatan harus dilanjutkan dengan radioterapi (penyinaran)di rumah sakit Dr. Sarjito Yogyakarta. Dengan masih memakai sonde (selang untuk memasukkan makanan cair ke lambung) saya menjalani hari-hari dirumah harus dengan sabar. Pikir saya " orang hidup kok makan saja tidak bisa, padahal bagi orang sehat makan itu sesuatu yang sangat mudah dan menyenangkan". Kesabaran saya diuji lagi dengan dimulainya radioterapi yaitu pada tanggal 24 Oktober 2009. Radioterapi dilakukan setiap hari sebanyak 25 kali dari hari Senin sampai hari Jumat, Hari Sabtu dan Minggu libur. Setiap hari itu saya bolak-balik Muntilan - Yogyakarta, yang ditempuh kira-kira 1 jam perjalanan. Yang benar-benar menguji kesabaran adalah waktu menunggu giliran terapi. Terapinya 5 menit tapi menunggunya bisa sampai 2 jam, bahkan pada suatu saat sudah menunggu 2 jam, sudah hampir sampai pada gilirannya alatnya rusak, sehingga harus pulang tanpa terapi. Pada hari-hari terapi tersebut badan saya menjadi kurus kerontang, berat badan turun 15 kg. Setelah terapi ke 11 rambut saya rontok dan kulit menjadi gosong, untung saya masih memakai sonde (tidak bisa makan kok untung) cairan yang masuk kedalam tubuh cukup banyak tanpa merasakan apa yang masuk tersebut (kata teman yang terapi yang tidak memakai sonde "makanan dan minuman apa saja rasanya tidak enak, ini juga salah satu efek radioterapi), sehingga badan saya gosongnya tidak seperti teman - teman yang lain. Setiap 5 kali radioterapi saya selalu periksa ke dokter, dokter yang menangani saya adalah Prof. Dr. Maesadji. Syukur, Puji Tuhan proses radioterapi saya berjalan lancar dan setiap kali periksa hasilnya baik termasuk hasil laboratoriumnya.
Setelah 20 kali terapi kepala saya di CT Scan lagi, kali ini dilakukan di rumah sakit Bethesda oleh profesor maesadji, dokter yang menangani saya sejak di rumah sakit Panti rapih tentang radiologi dan onkologi. Oleh prof maesadji, dari hasil CT Scan tumor dinyatakan bersih tetapi untuk menuntaskan penyakitnya penyinaran dilanjutkan 5 kali lagi.Pengobatan saya menjelajah di 3 Rumah sakit di Yogyakarta, yaitu rumah sakit Panti Rapih, Rumah Sakit Dr. Sarjito dan Rumah Sakit Bethesda.
Setelah mendapat hasil CT Scan dari prof.Dr. Maesadji saya periksa ke dokter Bedah Syarat, yaitu Dokter yang mengoperasi saya (Dr. Indro Basuki, SpBs) dan oleh Dr. indro juga dinyatakan penyakitnya sudah bersih dan enam bulan lagi dilakukan observasi.Akhirnya radioterapi selama 25 kali selesai juga.Tetapi bukan berarti pengobatan selesai, karena saya masih memakai sonde, belum bisa makan dan minum. Untuk penyembuhan supaya bisa makan dan minum dilajutkan dengan pijet anatomi di tempat pak Edi perumahan purwomartani, kalasan, Yogyakarta. Entah sampai berapa kali saya sudah lupa, yang jelas lebih dari 15 kali, akhirnya sonde dilepas yaitu pada tanggal 12 Februari 2010. Saya mulai berlatih makan dan minum seperti layaknya bayi (orang tua kok latihan makan dan minum, memang harus sabar, kalau tidak mungkin saya sudah almarhum). Minum dan makan dengan memakai sendok kecil (sendok teh), karena kalau terlalu banyak yang dimasukkan selalu makanan/minuman tersebut kesasar ke hidung.Makanan sayaberupa bubur yang sangat lembut, seperti bubur bayi instan. Atas bimbingan istri saya, harus sabar saya bisa makan dari bubur bayi, bubur biasa, nasi tem, dan nasi biasa. Puji Tuhan saya sekarang sudah dapat makan biasa walaupun makanannya harus banyak kuahnya (airnya). Dan saya sudah mulai masuk kerja walaupun belum mengajar mulai tanggal 29 Maret 2010. Saya juga bersyukur kepada Tuhan bahwa sampai sekarang saya masih diberi kehidupan walaupun suara saya sekarang lemah dan tidak begitu jelas. Tetapi saya yakin bahwa semua ini akan sembuh.

Terima kasih atas dukungan doa dan dukungan berupa apa saja kepada saya sehingga saya bisa sembuh dan kembali berkarya, kepada:
1. Istri dan anakku tercinta
2. Keluargaku dari Klaten, Ambarawa, Banyubiru, Wonogiri, Jakarta dan Muntilan.
3. Dokter-dokter Rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta
4. Ketua Yayasan Marsudirini Semarang
5. Perawat dan karyawan rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta
6. Para Romo dan Bruder
7. Suster-suster OSF
8. Suster-suster CB
9. Teman-teman guru dan karyawan TK, SD, SMP dan SMA Marsudirini Muntilan
10. Bapak-bapak dan ibu-ibu warga perumahan Wonolelo Indah Muntilan
11. Teman-teman alumni PRMK IKIP Semarang
12. Teman-teman sepermainan waktu kecil di desa.
13. Alumni SMP Marganingsih Muntilan
14. Siswa-siswi SMP Marganingsih dan SMA Marsudirini Muntilan
15. Orang tua siswa dan orang tua alumni SMP Marganingsih Muntilan
16. Semua saja yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.