Jumat, 28 November 2008

Ziarah ke PUH SARANG


Puh Sarang Kediri Jawa Timur ternyata tempat peziarah yang sangat mengaggumkan. Tempatnya luas, udara sejuk, banyak tumbuhan, alami dan sangat mendukung untuk berdoa. Warga sekitarnya ramah dan banyak asessoris yang beraneka macam dan yang jelas harganya juga tidak mahal. Yang tidak bisa ketinggalan pasti tahunya yang rasanya "mak nyus".

Rabu, 12 November 2008

PENDIDIKAN ANTI KEKERASAN

PENDIDIKAN ANTI KEKERASAN

Hampir setiap hari kejadian kekerasan ditayangkan di media masa, baik di media masa elektronik maupun media cetak. Kekerasan terjadi mulai dari lapangan sepak bola, yang seharusnya menjunjung tinggi sportivitas, kekerasan antar kelompok mahasiswa, yang seharusnya menjadi agen perubahan sampai kekerasan pada pemilihan kepala daerah yang seharusnya menjadi ajang pendidikan demokrasi. Pada pertandingan sepak bola, misalnya tidak puas dengan kepemimpinan wasit, para penonton, official bahkan manajer tim mengejar, memukul, menendang dan melempari wasit. Pada Pilkada juga demikian, calonnya kalah maka pendukungnya mengamuk, melempari kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU). Yang lebih menyedihkan kekerasan terjadi juga pada para penganut agama dan kepercayaan, jika ada pandangan yang berbeda langsung diserang. Yang menjadi kurban kekerasan biasanya orang kecil dan kaum minoritas.
Pepetah kuno orang latin mengatakan ”homo homini lupus est” manusia adalah srigala bagi yang lain. Demi mempertahankan dirinya, gensinya, kelompoknya atau ideologinya, manusia rela memangsa orang lain dengan intimidasi, kekerasan, perusakan bahkan pembunuhan. Membentak, mencaci maki martabat orang lain, merampas, merusak, menganiaya bahkan membunuh sudah menjadi berita sehari-hari yang kelihatanya tidak ada habis-habisnya, seperti benang ruwet yang sulit diuraikan lagi. Kekerasan dan kekerasan selalu berulang-ulang silih berganti tiada henti. Apakah bangsa kita akan terjerumus dalam kehidupan seperti ini ? bagaimana cara mengatasi?
Mungkin para pendiri bangsa Indonesia ini pada menangis jika melihat rakyatnya saling mencaci, memukul, menendang , menganiaya bahkan membunuh. Dengan pancasila sebenarnya para pendiri bangsa menginginkan persatuan dan kesatuan walaupun berbeda. Bahkan keinginan menyatukan bangsa ini sudah dimulai dari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Bertanah air satu tanah air Indonesia, Berbangsa satu bangsa Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Kita semuanya menyadari bahwa rakyat Indonesia itu berbeda, perbedaan ini adalah kenyataan, tidak ada yang dapat menyangkal. Berbeda suku, berbeda bahasa, berbeda warna kulit, berbeda adat dan berbeda agama. Yang menjadi masalah bagaimana kita hidup bersama dalam keragaman ini. Bukan tidak mungkin, hidup bersama dalam keragaman dapat dilakukan, hidup bersama, bergotong-royong, saling menghormati sudah dilakukan oleh kakek nenek kita di pedesaan.
Kita harus selalu optimis untuk memperbaiki kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Kita harus wujudkan cita-cita pendiri bangsa yang menghendaki rakyat Indonesia hidup rukun berdampingan. Tetapi kita juga harus menyadari bahwa masyarakat di Indonesia itu beragam. Memperbaiki kehidupan bermasyarakat ini harus dimulai dari diri sendiri, keluarga, sekolah atau kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Pendidikan merupakan sarana yang efektif untuk memperbaiki kondisi sekarang ini. Pendidikan adalah suatu pembiasaan terus menerus yang berkelanjutan. Pembiasaan hidup bersama, saling menghormati dan bergotong royong dalam komunitas yang beragam akan membentuk karakter rakyat yang kemudian akan membentuk karakter bangsa. Pendidikan dapat dimulai dari keluarga. Anak-anak dibiasakan dalam kehidupan yang mau menerima perbedaan tetapi tetap saling menghormati. Orang tua seharusnya tidak selalu menuntut hal yang sama antara anak yang satu dengan yang lain.
Di sekolah siswa-siswa juga harus dibiasakan hidup bersama dalam keragaman. Antara siswa yang satu dengan yang lain harus dipahami sebagai manusia yang unik, sehingga tidak semua hal harus diseragamkan. Semua keragaman yang ada pada siswa harus diakomodir oleh sekolah, walaupun hanya sedikit. Kerangka berpikirnya bukan karena banyak atau sedikit, tetapi baik atau tidak. Peraturan sekolah sebaiknya digunakan untuk kehidupan bersama supaya menjadi lebih baik, bukan untuk kepentingan sekolah atau yang mayoritas.
Keteladanan juga merupakan hal yang penting dalam membangun hidup bersama. Keteladanan dari orang dewasa, orang tua, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemimpin akan sangat mempengaruhi kehidupan anak-anak bangsa ini. Pepatah Jawa mengatakan “Kacang mangsa ninggalo lanjaran” yang artinya perbuatan seorang anak tidak akan jauh berbeda dengan orang tuanya. Yang tidak kalah pentingnya dalam memperbaiki kehidupan ini adalah penegakan hukum. Karena tanpa hukum maka bangsa kita akan kembali lagi pada hukum rimba, hukum yang saling memangsa.
Sekali lagi untuk memperbaiki kehidupan masyarakat kita supaya hidup rukun dan damai beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain : pertama, melalui pendidikan baik di keluarga, sekolah dan masyarakat, kedua, Keteladanan dan ketiga, penegakan hukum. Semoga bangsa kita menjadi bangsa yang santun, arif dan tidak ada lagi ancam-mengacam, serang-menyerang, lempar-melempar dan bunuh-membunuh.

Penulis
B.S Subekti
Guru SMP Marganingsih Muntilan