Jumat, 28 November 2008

Ziarah ke PUH SARANG


Puh Sarang Kediri Jawa Timur ternyata tempat peziarah yang sangat mengaggumkan. Tempatnya luas, udara sejuk, banyak tumbuhan, alami dan sangat mendukung untuk berdoa. Warga sekitarnya ramah dan banyak asessoris yang beraneka macam dan yang jelas harganya juga tidak mahal. Yang tidak bisa ketinggalan pasti tahunya yang rasanya "mak nyus".

Rabu, 12 November 2008

PENDIDIKAN ANTI KEKERASAN

PENDIDIKAN ANTI KEKERASAN

Hampir setiap hari kejadian kekerasan ditayangkan di media masa, baik di media masa elektronik maupun media cetak. Kekerasan terjadi mulai dari lapangan sepak bola, yang seharusnya menjunjung tinggi sportivitas, kekerasan antar kelompok mahasiswa, yang seharusnya menjadi agen perubahan sampai kekerasan pada pemilihan kepala daerah yang seharusnya menjadi ajang pendidikan demokrasi. Pada pertandingan sepak bola, misalnya tidak puas dengan kepemimpinan wasit, para penonton, official bahkan manajer tim mengejar, memukul, menendang dan melempari wasit. Pada Pilkada juga demikian, calonnya kalah maka pendukungnya mengamuk, melempari kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU). Yang lebih menyedihkan kekerasan terjadi juga pada para penganut agama dan kepercayaan, jika ada pandangan yang berbeda langsung diserang. Yang menjadi kurban kekerasan biasanya orang kecil dan kaum minoritas.
Pepetah kuno orang latin mengatakan ”homo homini lupus est” manusia adalah srigala bagi yang lain. Demi mempertahankan dirinya, gensinya, kelompoknya atau ideologinya, manusia rela memangsa orang lain dengan intimidasi, kekerasan, perusakan bahkan pembunuhan. Membentak, mencaci maki martabat orang lain, merampas, merusak, menganiaya bahkan membunuh sudah menjadi berita sehari-hari yang kelihatanya tidak ada habis-habisnya, seperti benang ruwet yang sulit diuraikan lagi. Kekerasan dan kekerasan selalu berulang-ulang silih berganti tiada henti. Apakah bangsa kita akan terjerumus dalam kehidupan seperti ini ? bagaimana cara mengatasi?
Mungkin para pendiri bangsa Indonesia ini pada menangis jika melihat rakyatnya saling mencaci, memukul, menendang , menganiaya bahkan membunuh. Dengan pancasila sebenarnya para pendiri bangsa menginginkan persatuan dan kesatuan walaupun berbeda. Bahkan keinginan menyatukan bangsa ini sudah dimulai dari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Bertanah air satu tanah air Indonesia, Berbangsa satu bangsa Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Kita semuanya menyadari bahwa rakyat Indonesia itu berbeda, perbedaan ini adalah kenyataan, tidak ada yang dapat menyangkal. Berbeda suku, berbeda bahasa, berbeda warna kulit, berbeda adat dan berbeda agama. Yang menjadi masalah bagaimana kita hidup bersama dalam keragaman ini. Bukan tidak mungkin, hidup bersama dalam keragaman dapat dilakukan, hidup bersama, bergotong-royong, saling menghormati sudah dilakukan oleh kakek nenek kita di pedesaan.
Kita harus selalu optimis untuk memperbaiki kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Kita harus wujudkan cita-cita pendiri bangsa yang menghendaki rakyat Indonesia hidup rukun berdampingan. Tetapi kita juga harus menyadari bahwa masyarakat di Indonesia itu beragam. Memperbaiki kehidupan bermasyarakat ini harus dimulai dari diri sendiri, keluarga, sekolah atau kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Pendidikan merupakan sarana yang efektif untuk memperbaiki kondisi sekarang ini. Pendidikan adalah suatu pembiasaan terus menerus yang berkelanjutan. Pembiasaan hidup bersama, saling menghormati dan bergotong royong dalam komunitas yang beragam akan membentuk karakter rakyat yang kemudian akan membentuk karakter bangsa. Pendidikan dapat dimulai dari keluarga. Anak-anak dibiasakan dalam kehidupan yang mau menerima perbedaan tetapi tetap saling menghormati. Orang tua seharusnya tidak selalu menuntut hal yang sama antara anak yang satu dengan yang lain.
Di sekolah siswa-siswa juga harus dibiasakan hidup bersama dalam keragaman. Antara siswa yang satu dengan yang lain harus dipahami sebagai manusia yang unik, sehingga tidak semua hal harus diseragamkan. Semua keragaman yang ada pada siswa harus diakomodir oleh sekolah, walaupun hanya sedikit. Kerangka berpikirnya bukan karena banyak atau sedikit, tetapi baik atau tidak. Peraturan sekolah sebaiknya digunakan untuk kehidupan bersama supaya menjadi lebih baik, bukan untuk kepentingan sekolah atau yang mayoritas.
Keteladanan juga merupakan hal yang penting dalam membangun hidup bersama. Keteladanan dari orang dewasa, orang tua, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemimpin akan sangat mempengaruhi kehidupan anak-anak bangsa ini. Pepatah Jawa mengatakan “Kacang mangsa ninggalo lanjaran” yang artinya perbuatan seorang anak tidak akan jauh berbeda dengan orang tuanya. Yang tidak kalah pentingnya dalam memperbaiki kehidupan ini adalah penegakan hukum. Karena tanpa hukum maka bangsa kita akan kembali lagi pada hukum rimba, hukum yang saling memangsa.
Sekali lagi untuk memperbaiki kehidupan masyarakat kita supaya hidup rukun dan damai beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain : pertama, melalui pendidikan baik di keluarga, sekolah dan masyarakat, kedua, Keteladanan dan ketiga, penegakan hukum. Semoga bangsa kita menjadi bangsa yang santun, arif dan tidak ada lagi ancam-mengacam, serang-menyerang, lempar-melempar dan bunuh-membunuh.

Penulis
B.S Subekti
Guru SMP Marganingsih Muntilan

Sabtu, 18 Oktober 2008

7 KIAT SUKSES BELAJAR MATEMATIKA

1. Cintailah

Cintailah apa saja yang berhubungan dengan matematika : bukunya, alat perganya, gurunya dan lain-lain. Karena dengan mencintai akan berusaha selalu dekat dan mengenal lebih dalam tentang matematika.

2. Belajarlah dengan continue

Belajarlah matematika secara terus menerus, setapak demi setapak jangan mudah putus asa. Usahakan jangan ada materi yang sampai tidak bias, supaya tidak menghambat jika digunakan sebagai prasyarat pada materi berikutnya.

3. Sabar dan jangan ingin cepat hasilnya

Belajar matematika harus dengan sabar, dan proses menjadi hal yang utama, jangan hasilnya.

4. Kuasai berhitung

Berhitung adalah sarana utama untuk menyelesaikan persoalan matematika dan jangan biasakan menghitung memakai alat elekronik

5. Gunakan proses berpikir yang logis dan kreatif

Jangan selalu meniru cara-cara yang sudah ada, tetapi cobalah berpikir dan temukan caranya sendiri dengan logis dan kreatif.

6. Berlatih

Berlatih dan berlatih terus sampai betul-betul paham karena daya juang akan menentukan keberhasilan.

7. Bertanyalah

Segera bertanya kalau menghadapi kesulitan

Selamat mencoba, semoga Matematika menjadi sahabat Anda, bukan momok bagi Anda

Senin, 13 Oktober 2008

SIAL DI HARI LEBARAN

Maksud hati mau mencari enak tetapi dapatnya malah sial. Saya sekeluarga ingin mudik dari Muntilan ke Klaten dan mencari waktu yang enak. Saya temukan dan saya rencanakan waktu yang enak tersebut yaitu lebaran hari pertama pagi-pagi buta. Tiba saatnya lebaran hari pertama jam 5 pagi saya berangkat dari muntilan menuju Klaten, dalam benak saya sebelum sholat Id kami sudah sampai di Klaten.

Tiba saatnya jam 5 pagi saya bersama istri dan anak berangkat dari Muntilan menuju Klaten, jalan amat sangat sepi tidak seperti biasa jalan yang selalu padat, maka dengan santai kami menelusuri jalan Muntilan Yogya yang sangat lengang. Tetapi sial tidak dapat dikira apalagi ditolak, sesampai di Semen (sebelah Masjid Semen) Ban belakang sepeda motor saya bocor, mati aku hari gini pasti tidak ada tambal ban yang buka. Kami berhenti sebentar dan merenung apa yang harus kami lakukan? Akhirnya saya putuskan jalan nuntun sepeda motor siapa tahu ada bengkel yang buka. Memang ada tambal sepeda tapi tukang tambalnya tidak ada di tempat karena memang tidak tinggal di situ. Setelah sampai di Jembatan Krakitan saya putuskan nuntun sepeda motornya berbalik arah saja. Dalam benak saya kalau tidak ada tambal ban yang buka kaki saya, anak dan istri saya bisa semplak sampai di Klaten.

Perjalanan nuntun sepeda motor berbalik arah menuju ke Muntilan, kalau terpaksanya tidak ada tambal ban pulang ke Muntilan lebih dekat dari pada ke Klaten. Sesampai di pertigaan Semen (jalan menuju ke Ngluwar) bertemu dengan bapak-bapak tukang ojek yang baik, dengan ramah bapak-bapak tersebut menunjukkan bengkel tambal ban yang dihuni oleh tukang tambal bannya. Syukurlah ini mungkin akhir nuntun sepeda motorku yang melelahkan. Oleh bapak-bapak tadi ditunjukkan bahwa tambal ban di depan sebelah kanan POM bensin Gremeng (diseberang jalan) di huni oleh pemiliknya. Setelah saya menyampaikan terima kasih kepada bapak-bapak tersebut akhirnya saya menyeberang jalan dan menuju ke tempat tersebut dengan harapan bisa membantu menambal banku.

Sesampai di tempat tersebut walaupun ragu saya beranikan diri untuk mengetuk pintu. Setelah beberapa kali mengetuk pintu akhirnya pintu dibukakan sedikit yang kelihatan adalah wanita cantik walaupun baru bangun tidur dibalik daun pintu. Nuwun mbak badhe nyuwun tulung nambalke ban, itu kalimat saya dengan sopan minta tolong. Dengan cepat wanita tersebut menjawab nembe tutup mas dan langsung menutup pintunya. Habislah harapanku. Akhirnya saya istirahat di depan rumah tersebut. Karena di depan rumah tersebut ada (lincak) kursi panjang dari bambu maka anakku yang baru umur 6 tahun istirahat sambil tiduran. Saya kembali merenung mengapa saya menjadi orang miskin? motor saja sudah tua sering mogok dan bannya bocor. Mengapa saya tidak bisa menjadi orang kaya? yang bisa mempunyai mobil mewah yang tidak bisa mogok dan tidak bisa bannya bocor? Apakah di hari raya yang fitri ini kita tidak bisa membantu orang lain yang sedang kesusahan? Apakah dihari raya ini kita harus hanya kunjung- mengunjung, memakai pakaian baru dan makan yang enak-enak?

Setelah rasa capeknya berkurang dan merenungnya selesai kembali kami melanjutkan perjalanan. Kembali beberapa tambal ban kami temukan tetapi lagi-lagi tidak ada orangnya, sampai-sampai saya harus ngintip beberapa bengkel tambal ban memang gelap dan tidak ada penghuninya. Beberapa orang yang kami temuan di jalan saya tanyai dan selalu mengatakan tukang tambal bannya tidak tinggal di situ. Setelah perjalanan agak jauh ada seorang bapak naik sepeda motor berhenti hanya ingin memberi tahu bahwa di seberang jalan dekat pusat oleh-oleh Sandi ada tukang tambal ban yang orangnya tinggal di situ. Dengan harapan yang tipis saya lagi-lagi menuju ke tempat yang ditunjukkan oleh bapak tadi. Di situ ada ibu yang sudah agak tua maka saya bilang : Bu nyuwun tulung badhe nambalke ban (bu minta tolong akan nambal ban), ibu tersebut agak ragu mau menjawab, niki nembe tutup ki mas, mangke nek bikak di seneni anake ( ini baru tutup mas kalau buka nanti dimarahi anaknya). Saya bisa memahami sebenarnya ibu ini mau membantu tapi ragu kalau anaknya marah. Mungkin anaknya berpendapat di hari raya harus istirahat, pegawai dan pejabat saja pada cuti kok. saya pun bisa memahami pendapat anak ibu tersebut. Saya berpikir sejenak saya harus bagaimana? tiba-tiba ada orang setengah baya yang mendekat, maaf penampilannya agak sangar dan kurang bersih. Orang tersebut mengatakan pada ibu setengah baya tersebut mbah bukakno tak tambalke, mesakne mlakune wis adoh kok (Mbah di buka saja nanti saya tambalkan, kasihan jalannya sudah jauh) . Rupanya orang tersebut sudah melihat saya, anak dan istri saya berjalan jauh dan merasa kecapekan dan timbul rasa iba untuk membantu saya. Maka setelah dibuka mas ini membantu mengganti ban belakang saya. Syukur alhamdulillah masih ada orang yang baik hati. Sambil menunggu menyelesaikan mengganti ban, saya kembali merenung, menilai orang tidak bisa dari luarnya saja. Orang yang berpenampilan sangar ternyata baik hati dan mau membantu orang yang sedang berkesusahan tanpa melihat siapa orangnya, karena saya dan orang tersebut memang tidak kenal. Sebaliknya orang yang berpenampilan cantik mendengarkan perkataan orang saja tidak mau apalagi membantu.

Akhirnya mengganti ban selesai dan saya membayar sesuai tarip yang ditentukan pemilik bengkel, sebagai rasa terima kasih saya, saya berikan uang sekedarnya untuk orang yang baik hati mau menolong sesamanya. Memang hanya itu yang bisa saya berikan tetapi saya yakin orang yang baik selalu akan mendapat yang baik pula. Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih dan saya melanjutkan perjalanan menuju ke Klaten.

Di sepanjang perjalanan sangat sepi hanya beberapa mobil dan motor yang lewat. Tetapi ada keanehan yang saya temui di sepanjang jalan, walaupun jalan sepi dan tidak ada petugas polisi yang jaga pengguna jalan pada tertip semua. Pada lampu bangjo di sepanjang jalan, kalau lampu merah pada berhenti walaupun jalan sepi. Tidak seperti hari-hari biasa jalan ramai kalau tidak ada petugas banyak yang ngeblong lampu banjo. Jika setiap hari kondisi jalan pada tertip seperti ini betapa nyamanya pengguna jalan kita.

Minggu, 07 September 2008

Seminar Guru Matematika dan Fisika

Pada Hari Sabtu, 6 September 2008 bertempat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta MPK KAS mengadakan seminar sehari.
Menuju sekolah unggul dilihat dari input dan outputnya dapat dibedakan menjadi 4 tipe sekolah. disampaikan oleh Drs. Ratno Harsanto, M.Si. Salah satu tipe sekolah yang ideal adalah :
  • Input kemampuan peserta didik rendah
  • Siswa berasal dari keluarga menengah kebawah
  • Sekolah cukup dikenal diberbagai kalangan
  • Biaya pendidikan cukup murah
  • Fasilitas cukup memadai
  • Outputnya sangat tinggi
Menciptakan sistem sekolah yang baik yaitu dengan kualitas pembelajaran, kualitas pendampingan dan pembentukan karakter.

Aplikasi Kontruktivisme dalam pembelajaran matematika oleh Dr. Susento, M.S. Perkembangan Psikologi belajar dari behaviorisme (belajar adalah perubahan perilaku), Kognitivisme (belajar adalah pemerolehan pengetahuan) dan sekarang Kontruktivisme (belajar adalah kontruksi pengetahuan) itu perkembangan di dunia dan Indonesia tertinggal kira-kira 10 - 15 tahun.

Pengetahuan teknologi, konten, pedagogi (PTKP) oleh Irlan Rahardja. PTKP adalah kombinasi dari teknologi, pedagogi, konten dan pengetahuan. Pengajaran efektif dengan teknologi membutuhkan pemahaman yang saling bermanfaat untuk menguatkan hubungan antara ketiga elemen secara bersama dalam pengembangan yang tepat, konteks strategis spesifik dan mewakilinya. Pengembangan PTKP : Pengenalan (pengetahuan), Penerimaan (persuasi), Adaptasi (keputusan), Eksplorasi (implementasi), Kemajuan (konfirmasi).

Gagasan tentang konektivisme dan penerapannya di sekolah oleh Arif Abadi Surya. Dunia pendidikan Indonesia menghadapi 3 masalah :
  1. Mutu pendidikan yang tidak merata dan sebangian besar mutunya rendah
  2. Keikutsertaan dalam dunia pendidikan yang tidak merata dan tingkat keikutsertaan yang rendah.
  3. Manajemen pendidikan yang tidak merata dan sebagian besar bermutu rendah.
Dengan memasukkan teknologi dan melakukan hubungan sebagai kegiatan pembelajaran, kita mulai menggerakkan teori pembelajaran memasuki era digital. Kita tidak memperoleh pembelajara secara individual, kita memperoleh kompetensi dengan melakukan hubungan. Pengalaman bukan lagi guru yang terbaik. Karena kita tidak dapat mengalami segala sesuatu semuanya, pengalaman orang lain kita perlukan. Pembelajaran dalam pengertian connectivism dipahami sebagai proses yang terjadi dalam lingkungan-lingkungan perubahan elemen-elemen inti pembelajaran yang kabur dan tidak sepenuhnya dalam kendali seorang diri. Kegiatan pembelajaran berfokus pada penghubungan kumpulan-kumpulan informasi khusus dan hubungan-hubungan lain yang memungkinkan kita belajar lebih banyak. Sekolah-sekolah kita masih banyak yang memakai paradigma lama. Proses belajar mengajar berjalan "one way traffic" dengan guru sebagai nara sumber. Modernisasi diartikan sebagai adanya tambahan satu laptop dan proyektor LCD yang berfungsi sekedar sebagi pengganti papan tulis. Kita ditantang untuk mengubah sekolah kita, karena bila tidak berarti kita membiarkan mereka menjadi museum-museum pendidikan yang akan melahirkan generasi yang bukan hanya gagap teknologi, tetapi juga gagap pengetahuan di tengah dunia yang sadar teknologi dan mengalami pencerahan melalui pengetahuan.

Rabu, 20 Agustus 2008

pentas 17 agustusan

PEMANTAPAN SERTIFIKASI


Pemantapan sertifikasi guru rayon 11 diadakan pada hari selasa, 19 Agustus 2008 di GOR UNY Yogyakarta yang diikuti oleh 5.203 guru dari 14 kabupaten provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Jumlah ini terdiri atas 4649 orang guru dari Depdiknas dan 554 guru dari Depag.
Pada acara ini hadir Dirjen Dikti Dr Fasli Jalal, Dirjen PMPTK Depdiknas Dr Baedhowi, Rektor UNY, Rektor Universitas Sanata Dharma, Rektor Universitas Sarjana Wiyata, Rektor Universitas Ahmad Dahlan, juga dihadiri para bupati dan kepala Dinas.
Untuk penerbitan SK, para guru (PNS) yang telah lulus uji sertifikasi harus memenuhi tiga syarat pokok, yakni menyerahkan foto copy SK kenaikan gaji terakhir, SK beban mengajar dari kepala sekolah dan foto copy rekening bank.
Syarat bagi guru non-PNS atau swasta, selain tiga syarat di atas juga harus melampirkan SK Guru Tetap Yayasan untuk in-passing jabatan fungsional guru. ada syarat lain yang harus dipenuhi oleh para guru yaitu harus mengajar 24 jam tatap muka selama 1 minggu sesuai bidang uji kompetensinya, bila masih kurang dapat mengajar di Kejar Paket A, B atau C, atau boleh juga mengajar di sekaloh lain.
Dari 5.203 guru yang lolos sertifikasi, Guru SLB yang diangkat Propinsi DIY dari Diknas sebanyak 43 orang, Kabupaten Bantul sebanyak 389 guru (Diknas 336 dan Depag 53), Sleman sebanyak 503 guru (Diknas sebanyak 437 dan Depag sebanyak 66), Gunungkidul sebanyak 384 guru (Diknas 347 dan Depag 37), Kulonprogo sebanyak 245 guru (Diknas sebanyak 210 dan Depag 35), Jogja sebanyak 287 guru (Diknas 257 dan Depag 30).
Sisanya berasal dari Kabupaten Cilacap 489 guru, Banyumas 449 guru, Purbalingga 310, Banjarnegara sebanyak 289, Kebumen sebanyak 614, Purworejo sebanyak 306, Kabupaten Magelang sebanyak 543, Temanggung sebanyak 245 dan Kota Magelang sebanyak 104 guru.
Tujuan sertifikasi guru tujuannya antara lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan juga meningkatkan kesejahteraan guru, tapi sayang kita juga tidak tahu kapan tunjangan profesi itu sendiri akan turun.
Acara pemantapan sertifikasi guru tersebut diawali dengan berdesak-desakan karena sebanyak 5.203 guru tersebut harus membayar Rp50.000,00 dalam beberapa loket dan pembayaran harus kolektif dengan guru yang lain ditempat itu juga. Akhir acara juga dengan semrawut karena pembagian sertifikat sebanyak itu juga tidak jelas, ada yang berdesakan untuk mengambil, ada yang dibawa kedinas kabupaten/kota bahkan ada juga yang dibagi di tempat dengan memanggil satu persatu.

Rabu, 13 Agustus 2008

Sabtu, 09 Agustus 2008

Sinetron dan Sekolah

Sinetron dan Sekolah

Media informasi berkembang begitu cepat, saat ini televisi sudah merambah kesemua lapisan masyarakat. Televisi sebagai sarana mendapatkan informasi, juga sebagai sarana hiburan. Stasiun pemancar televisi juga berkembang pesat dan dapat diterima sampai pelosok-pelosok desa. Seharusnya siaran-siaran televisi tersebut dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran masyarakat supaya bangsa kita lebih maju. Tetapi siaran-siaran televisi seperti sinetron menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, terutama anak-anak muda yang masih duduk dibangku sekolah.

Tema-tema sinetron di televisi, sebut saja pengantin remaja dan kawin muda yang baru menjadi trend kaum muda di kota metropolitan sangat tidak sesuai dengan keadaan anak muda di daerah. Dari segi ekonomi keluarga, kawin muda bagi selebritis muda bukan masalah, bagaimana bagi kaum muda di daerah?. Gaya hidup, misalnya dengan gaya anak laki-laki yang ditindik (pakai anting) dan tubuhnya ditato juga banyak ditiru oleh anak-anak muda di daerah. Kadang penampilan seperti ini menjadi masalah di masa depan. Karena banyak lembaga atau instansi yang tidak mau menerima penampilan seperti itu jika ingin melamar pekerjaan. Belum lagi gaya bahasa yang tiru-tiru di sinetron sangat merusak tatanan berbahasa, terutama bahasa Jawa. Tayangan sinetron juga bersamaan dengan jam belajar anak sekolah. Ini dapat mengganggu jam belajar anak dan akhirnya akan mempengaruhi kualitas pendidikan.

Bukan berarti saya tidak setuju sinetron, tetapi lebih baik kalau temanya yang mendidik dan jam tayangannya disesuaikan. Bagi orang tua sebaiknya memberi teladan dengan membatasi diri menonton sinetron. Bagi kaum muda gaya hidup seperti kawin muda, tindikan (pakai anting bagi laki-laki), potongan rambut, tato dan gaya busana itu hanya trend yang sifatnya sementara. Jangan melakukan tindakan yang permanen yang membekas pada diri Anda dan justru akan merugikan Anda sendiri di masa depan.

Keluarga Sebagai Basis Pendidikan

KELUARGA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN

Menemukan Indahnya Cinta Tuhan dalam Semangat Persaudaraan dalam Karya, itulah tema yang diambil dalam rekoleksi masa Pra Paskah Yayasan Marsudirini Kompleks Muntilan. Rekoleksi ini diadakan pada tanggal 24 Februari 2007 di rumah Retret Santo Fransiskus Muntilan, diikuti oleh guru dan karyawan TK Santa Theresia, SD Marsudirini, SMP Marganingsih dan SMA Marsudirini Muntilan. Rekoleksi yang sangat meriah dan dalam suasana kegembiraan ini dibimbing oleh Romo Carol MSF dari Pusat Pendampingan Keluarga Keuskupan Agung Semarang. Inilah hasil permenungan kami dari rekoleksi tersebut.

Setelah perkenalan singkat Romo Carol memaparkan situasi konkrit yang memprihatinkan saat ini antara lain :

1. Merosotnya nilai-nilai dasar keluarga. Anggota keluarga sibuk dengan kegiatannya sendiri, jarang ada waktu luang untuk sekedar berkumpul bersama keluarga, yang lebih parah banyak yang kesetiaan terhadap keluarga mulai luntur.

2. Perceraian dan pernikahan kedua.

3. Perkawinan campur. Di Keuskupan Agung Semarang perkawinan campur cukup besar sekitar ada setengahnya dari perkawinan yang ada.

4. Dampak negatif globalisasi.

5. Pendangkalan iman dan pindah agama.

6. Individualisme, hedonisme, konsumerisme, pornografi, sekularisasi dan lain-lain. Sifat individualisme, mikir dirinya sendiri sudah menjangkit dari anak-anak sampai orang tua. Manusia sekarang bersifat hidonisme, semangat menikmati, apa saja dinikmati sehingga nilai-nilai yang lain dikurbankan. Manusia sekarang juga bersifat apa saja dipakai, di beli kalau mampu tanpa memikirkan butuh atau tidak, juga mengukur keberhasilan orang dari duniawi, harta dan uang. Itulah virus-virus yang akan merusak keluarga dan pendidikan kita.

Dari keadaan seperti itu maka fokus perhatiannya pada :

1. Keluarga sebagai basis penanaman habitus dan budaya baru. Di dalam keluarga harus ditanamkan budaya damai, saling memaafkan, cinta dan kepedulian serta penanaman dan pewarisan iman.

2. Budaya sayang kehidupan. Harus ditanamkan budaya menghargai Tuhan, Menghargai orang lain dan menghargai lingkungan.

Peran keluarga sangat penting dalam perkembangan gereja, karena gereja memang harus dimulai dari keluarga. Evangelisasi seharusnya dari keluarga, untuk keluarga dan bersama keluarga. Keluarga juga merupakan tempat pertama untuk pendidikan anak sebelum ia didik oleh sekolah atau lembaga-lembaga lain. Karena pentingnya peran keluarga dalam kehidupan menggereja atau bermasyarakat, maka acara dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Diskusi dengan materi : Apa yang membuatku bahagia, Apa yang membuatku prihatin dan Apa yang kuharapkan dan Apa sumbanganku dalam keluarga. Diskusi berlangsung sangat meriah, masing-masing kelompok memplenokan hasil diskusi kelompoknya dan membuat yel-yel yang kreatif dan kompak. Ada yang mengambil yel-yelnya mbah Maridjan, Rosa-rosa, ada juga yang mengambil nama Thukul.

Setelah diskusi selesai dilanjutkan lagi pemaparan dari Romo Carol MSF tentang relasi suami istri. Hubungan suami istri seharusnya berdasarkan :

1. Kecocokan; kecocokan bukan masalah selera tetapi harus mengubah diri.

2. Mencintai berarti memberi tanpa meminta apapun.

3. Relasi yang kuat didasarkan pada penyesuaian diri

4. Suami istri adalah padanan, parnert sampai mati.

5. Bersikap jujur dan terbuka antara suami istri

6. Berterima kasih kepada pasangan.

7. Berbagi cerita lucu

8. Memaafkan dan meminta maaf pada pasangan.

9. Membuat pasangan merasa bangga dan percya diri

10. Memperlakukan dengan penuh pengertian.

11. Menahan diri tidak banyak mengeluh.

Peran orang tua (suami istri) dalam keluarga yang sangat penting adalah mendidik anak-anaknya. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak berdasarkan buku karya pasangan suami istri Drs. AL. Soerjanto dan Dra. M. Widiastoeti Soerjanto adalah sebagai berikut :

1. Perkawinan yang disiapkan dengan baik

2. Pemberian gizi yang cukup

3. Pemberian teladan hidup

4. Perhatian dan kasih sayang

5. Suasana yang demokratis

6. Latihan bekerja

7. Teguran yang bijaksana

8. Perhatian pada ”tangki cinta”

9. Kedisiplinan

10. Kerahasiaan konflik internal

11. Simpati dan empati

12. Pendampingan

13. Persahabatan

14. Keutamaan-keutamaan

15. Perlunya rahmat Allah

16. Doa yang tulus

Pendidikan anak dibidang iman tidak kalah pentingnya. Yang dimaksud dengan pendidikan iman ialah proses dan usaha-usaha orang dewasa untuk membantu anak-anak agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah. Faktor-faktor pendukung perkembangan iman anak adalah sebagai berikut :

1. Keyakinan dalam diri anak bahwa dirinya dianugerahi Allah berbagai talenta.

2. Teladan iman dari orang tua dan orang-orang dewasa yang lain.

3. Rasa aman untuk mengagumi dan bertanya.

4. Dorongan untuk mencintai alam beserta segala isinya.

Selesai pemaparan-pemaparan materi tersebut dilanjutkan dengan wisata iman, yang diisi dengan permainan-permainan yang diikuti oleh semua peserta rekoleksi dengan antusias walaupun waktu itu hujan cukup deras. Akhirnya rekoleksi selesai dan ditutup dengan Misa Kudus oleh Romo Carol MSF. Dalam Misa tersebut ada peserta yang menyampaikan kesan ”betapa bahagianya kalau hidup ini di jalani dengan ceria, tidak ada marah dan tidak ada dendam”. Terima kasih Romo, Terima kasih Suster, terima kasih semua. Berkat Tuhan.

B.S. Subekti

Pengajar Matematika SMP Marganingsih Muntilan

Kamis, 01 Mei 2008

Artikel

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Pada acara debat siswa, ada satu kelompok yang mempertahankan pendapatnya bahwa korupsi di Indonesia sangat sulit diberantas karena sudah membudaya. Korupsi ada di mana-mana, dari anak-anak sekolah sampai orang tua, dari pelosok desa sampai kota metropolitan, dari rakyat jelata sampai pejabat negara. Jadi semua lapisan masyarakat di Indonesia terkena penyakit yang namanya korupsi. Memang pada acara debat ini korupsi didefinisikan sebagai segala bentuk manipulasi yang merugikan orang lain, lembaga atau negara. Anak-anak sekolah sudah mulai mencari-cari alasan bila ditanya “mengapa terlambat masuk sekolah?, mengapa tidak mengerjakan pekerjaan rumah?” dan lain-lain. Apalagi pejabat-pejabat negara yang selalu berurusan dengan uang, mengkoordinasikan bantuan, ada-ada juga alasan. Entah untuk uang bensinlah, uang lelah, uang koordinasi dan lain-lain, yang ujung-ujungnya merugikan orang lain dan keuangan negara.
Semua orang kalau ditanya “ apakah korupsi di Indonesia harus diberantas?”, pasti jawabnya harus. Semua orang setuju kalau korupsi diberantas, tetapi ironisnya korupsi di Indonesia juga tidak kunjung berkurang. Pemerintah sudah berusaha keras untuk memberantas korupsi di Indonesia. Semestinya masyarakat dari semua kalangan harus mendukung usaha pemerintah tersebut. Kalau pemerintah berusaha memberantas korupsi berdasarkan hukum, lewat pengadilan, yang terbukti salah dikenai hukuman. Sedangkan usaha masyarakat seharusnya lewat penyadaran-penyadaran. Penyadaran terhadap tindakan anti korupsi akan mengurangi korupsi di Indonesia. Menurut Stephen R. Covey kebiasaan akan membentuk karakter. Kalau dalam keseharian sudah dibiasakan tidak korupsi maka akan membentuk karakter bangsa yang anti korupsi.
Penyadaran-penyadaran anti korupsi ini dapat dimulai dari generasi muda yang masih duduk di bangku sekolah. Peran orang tua, guru, sekolah dan Dinas Pendidikan sangat penting dalam proses ini. Orang tua, guru dan pejabat Dinas Pendidikan harus dapat menjadi teladan. Menjadi teladan memang tidak mengenakkan, kadang malah menyengsarakan. Bahkan ada yang mengatakan arti teladan adalah ”telat mangan edan” (terlambat makan jadi gila). Dengan memberi teladan tidak memanipulasi (tidak korupsi) memang pendapatan secara materi akan berkurang, tetapi mengapa tidak kalau itu demi masa depan anak-anak dan bangsa Indonesia. Bantuan lembaga pemerintah atau lembaga donor akan sampai tujuan jika tidak terjadi kecurangan-kecurangan para pengelolanya. Tidak ada kuitansi fiktif atau uang masuk ke pejabat tanpa kuitansi.
Setelah memberi teladan seharusnya dilanjutkan dengan pelatihan-pelatihan anti korupsi di sekolah. Sudah ada beberapa sekolah yang menerapkan kurikulum anti korupsi. Misalnya dengan membuka warung atau kantin kejujuran di sekolah, siswa diharapkan secara mandiri mengambil barang dan membayar sendiri tanpa pengawasan. Siswa dilatih selalu jujur dalam tindakan dan jujur terhadap siapapun termasuk terhadap dirinya sendiri. Ini memang sesuatu yang tidak mudah, tetapi yakinlah bahwa dimasa depan akan ada hasilnya. Pelatihan-pelatihan kejujuran yang dilakukan di sekolah-sekolah ini tidak ada artinya kalau tidak didukung dan tidak ditindaklanjuti oleh orang tua dan masyarakat. Kalau di sekolah dilatih kejujuran dalam hal-hal kecil tetapi dikeluarga dan masyarakat dihadapkan pada kecurangan-kecurangan, maka usaha dari sekolah ini akan sia-sia belaka.
Keluarga, sekolah dan masyarakat harus saling mendukung dan melatih anak-anak bertindak jujur. Kalau semua ini dapat dilakukan dengan baik, yakinlah bahwa dua sampai tiga dasa warsa mendatang bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang terbebas dari korupsi.

Penulis : B.S. Subekti
Pengajar matematika SMP Marganingsih Muntilan

Misi Pribadi

MISI PRIBADI
B. Subekti
Sebagai guru Matematika di SMP Marganingsih Muntilan


Matematika adalah ilmu yang bersifat deduktif aksiomatis, sehingga prasyarat dalam belajar matematika adalah menguasai konsep-konsep sebelumnya. Berpikir secara kontinue sesuai dengan aturan yang berlaku.

Tujuan Pembelajaran Matematika di SMP adalah :
1. Penataan pola pikir (berpikir vertikal)
2. Membantu dalam kehidupan sehari-hari
3. Matematika untuk matematika itu sendiri

Arah pembelajaran : Penyembuhan dan pengembangan

Metode Pembelajaran
1. Penyampaian secara sistematis dan logis (dengan contoh konkrit dan sederhana)
2. Bersemangat dan menuntut keaktifan individu
3. Dengan retorika yang menarik


Motto : Guru adalah sahabat siswa yang cerdas, kreatif dan menyenangkan



Penting dalam Mengajar :
Dekat dengan siswa
Masuk ke dunia siswa
Menggunakan sarana / contoh dalam lingkungan
Penuh semangat, berani, disiplin, total dan sugestif
Mengajar dengan sistematis
Suara lantang dan dinamis
Riang dan humoris
Trick dalam menyelesaikan soal