Sabtu, 09 Agustus 2008

Keluarga Sebagai Basis Pendidikan

KELUARGA SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN

Menemukan Indahnya Cinta Tuhan dalam Semangat Persaudaraan dalam Karya, itulah tema yang diambil dalam rekoleksi masa Pra Paskah Yayasan Marsudirini Kompleks Muntilan. Rekoleksi ini diadakan pada tanggal 24 Februari 2007 di rumah Retret Santo Fransiskus Muntilan, diikuti oleh guru dan karyawan TK Santa Theresia, SD Marsudirini, SMP Marganingsih dan SMA Marsudirini Muntilan. Rekoleksi yang sangat meriah dan dalam suasana kegembiraan ini dibimbing oleh Romo Carol MSF dari Pusat Pendampingan Keluarga Keuskupan Agung Semarang. Inilah hasil permenungan kami dari rekoleksi tersebut.

Setelah perkenalan singkat Romo Carol memaparkan situasi konkrit yang memprihatinkan saat ini antara lain :

1. Merosotnya nilai-nilai dasar keluarga. Anggota keluarga sibuk dengan kegiatannya sendiri, jarang ada waktu luang untuk sekedar berkumpul bersama keluarga, yang lebih parah banyak yang kesetiaan terhadap keluarga mulai luntur.

2. Perceraian dan pernikahan kedua.

3. Perkawinan campur. Di Keuskupan Agung Semarang perkawinan campur cukup besar sekitar ada setengahnya dari perkawinan yang ada.

4. Dampak negatif globalisasi.

5. Pendangkalan iman dan pindah agama.

6. Individualisme, hedonisme, konsumerisme, pornografi, sekularisasi dan lain-lain. Sifat individualisme, mikir dirinya sendiri sudah menjangkit dari anak-anak sampai orang tua. Manusia sekarang bersifat hidonisme, semangat menikmati, apa saja dinikmati sehingga nilai-nilai yang lain dikurbankan. Manusia sekarang juga bersifat apa saja dipakai, di beli kalau mampu tanpa memikirkan butuh atau tidak, juga mengukur keberhasilan orang dari duniawi, harta dan uang. Itulah virus-virus yang akan merusak keluarga dan pendidikan kita.

Dari keadaan seperti itu maka fokus perhatiannya pada :

1. Keluarga sebagai basis penanaman habitus dan budaya baru. Di dalam keluarga harus ditanamkan budaya damai, saling memaafkan, cinta dan kepedulian serta penanaman dan pewarisan iman.

2. Budaya sayang kehidupan. Harus ditanamkan budaya menghargai Tuhan, Menghargai orang lain dan menghargai lingkungan.

Peran keluarga sangat penting dalam perkembangan gereja, karena gereja memang harus dimulai dari keluarga. Evangelisasi seharusnya dari keluarga, untuk keluarga dan bersama keluarga. Keluarga juga merupakan tempat pertama untuk pendidikan anak sebelum ia didik oleh sekolah atau lembaga-lembaga lain. Karena pentingnya peran keluarga dalam kehidupan menggereja atau bermasyarakat, maka acara dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Diskusi dengan materi : Apa yang membuatku bahagia, Apa yang membuatku prihatin dan Apa yang kuharapkan dan Apa sumbanganku dalam keluarga. Diskusi berlangsung sangat meriah, masing-masing kelompok memplenokan hasil diskusi kelompoknya dan membuat yel-yel yang kreatif dan kompak. Ada yang mengambil yel-yelnya mbah Maridjan, Rosa-rosa, ada juga yang mengambil nama Thukul.

Setelah diskusi selesai dilanjutkan lagi pemaparan dari Romo Carol MSF tentang relasi suami istri. Hubungan suami istri seharusnya berdasarkan :

1. Kecocokan; kecocokan bukan masalah selera tetapi harus mengubah diri.

2. Mencintai berarti memberi tanpa meminta apapun.

3. Relasi yang kuat didasarkan pada penyesuaian diri

4. Suami istri adalah padanan, parnert sampai mati.

5. Bersikap jujur dan terbuka antara suami istri

6. Berterima kasih kepada pasangan.

7. Berbagi cerita lucu

8. Memaafkan dan meminta maaf pada pasangan.

9. Membuat pasangan merasa bangga dan percya diri

10. Memperlakukan dengan penuh pengertian.

11. Menahan diri tidak banyak mengeluh.

Peran orang tua (suami istri) dalam keluarga yang sangat penting adalah mendidik anak-anaknya. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak berdasarkan buku karya pasangan suami istri Drs. AL. Soerjanto dan Dra. M. Widiastoeti Soerjanto adalah sebagai berikut :

1. Perkawinan yang disiapkan dengan baik

2. Pemberian gizi yang cukup

3. Pemberian teladan hidup

4. Perhatian dan kasih sayang

5. Suasana yang demokratis

6. Latihan bekerja

7. Teguran yang bijaksana

8. Perhatian pada ”tangki cinta”

9. Kedisiplinan

10. Kerahasiaan konflik internal

11. Simpati dan empati

12. Pendampingan

13. Persahabatan

14. Keutamaan-keutamaan

15. Perlunya rahmat Allah

16. Doa yang tulus

Pendidikan anak dibidang iman tidak kalah pentingnya. Yang dimaksud dengan pendidikan iman ialah proses dan usaha-usaha orang dewasa untuk membantu anak-anak agar mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah. Faktor-faktor pendukung perkembangan iman anak adalah sebagai berikut :

1. Keyakinan dalam diri anak bahwa dirinya dianugerahi Allah berbagai talenta.

2. Teladan iman dari orang tua dan orang-orang dewasa yang lain.

3. Rasa aman untuk mengagumi dan bertanya.

4. Dorongan untuk mencintai alam beserta segala isinya.

Selesai pemaparan-pemaparan materi tersebut dilanjutkan dengan wisata iman, yang diisi dengan permainan-permainan yang diikuti oleh semua peserta rekoleksi dengan antusias walaupun waktu itu hujan cukup deras. Akhirnya rekoleksi selesai dan ditutup dengan Misa Kudus oleh Romo Carol MSF. Dalam Misa tersebut ada peserta yang menyampaikan kesan ”betapa bahagianya kalau hidup ini di jalani dengan ceria, tidak ada marah dan tidak ada dendam”. Terima kasih Romo, Terima kasih Suster, terima kasih semua. Berkat Tuhan.

B.S. Subekti

Pengajar Matematika SMP Marganingsih Muntilan

Tidak ada komentar: