Kamis, 23 Mei 2013

Menjadi Guru Matematika untuk Muridku



Di dalam dunia pendidikan terutama pendidikan formal murid adalah komponen yang paling penting. Jika tidak ada murid maka sekolah, kepala sekolah maupun guru pasti juga tidak ada. Paradigma bahwa murid adalah komponen yang paling penting dalam dunia pendidikan harus digemakan secara terus-menerus. Murid harus dibimbing untuk menjadi manusia yang sungguh manusiawi. Seperti hakekat pendidikan menurut Driyarkara “ Memanusiakan Manusia Muda”.
Murid harus selalu diberi ruang untuk membangun dirinya menjadi manusia yang sejati bukan manusia yang berpikir dan bertindak tidak manusiawi. Bukan manusia yang angkuh, sombong, tamak dan arogan yang sangat banyak kita jumpai dimasyarakat kita. Hampir setiap hari terdengar berita tentang korupsi, perampokan, penganiayaan, maling atau tawuran dimasyarakat kita. Masyarakat kita sepertinya menerapkan hukum “Rimba” siapa yang kuat adalah yang menang. Kelompok yang merasa kuat mengintimidasi kelompok yang lemah, bahkan ada oknum aparat negara yang seharusnya melindungi rakyat malah melakukan tindakan melawan hukum yang berlaku dinegara kita ini untuk kepuasan atau keuntungannya sendiri. Ingat kasus cebongan. Oknum aparat negara yang seharusnya berpikir dan bertindak untuk kesejahteraan rakyat malah merampok uang milik rakyat. Ingat Kasus Gayus, BLBI, hambalang, daging sapi, simulator dan masih banyak lagi.
Harapan dari Pemerintah dan juga masyarakat, selain murid-murid(yang akan mengganti aparat - aparat negara dikemudian hari) menjadi cerdas secara akademik juga mempunyai karakter yang baik, terbukti pemerintah mencanangkan pendidikan karakter dan masyarakat menyambut dengan baik. Generasi yang cerdas dan berkarakter diharapkan akan dapat membangun bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik, maju dan sejahtera. Bangsa kita saat ini sedang mengalami krisis, dengan indikasi: koruptor semakin merajalela, banyak oknum aparat melakukan pelanggaran hukum, tawuran antar pelajar, antar mahasiswa atau antar masyarakat dan juga masalah narkoba.
Untuk mengatasi krisis bangsa ini pendidikan menjadi pilar yang sangat penting. Walaupun hasil pendidikan tidak dapat instan tetapi membutuhkan proses yang panjang. Di dalam pendidikan, terutama pendidikan formal peran guru sangatlah penting. Menurut prinsip kontruktivisme, seorang guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu proses belajar murid berjalan dengan baik. Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut: 1). Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian. 2). Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan murid dan ingin membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan -gagasan dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka (Watt & Pope, 1989). 3). Menyediakan sarana yang merangsang murid berpikir secara produktif. 4). Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang mendukung proses belajar mereka. 5). Memonitor, mengevaluasi, dan  menunjukkan apakah pemikiran murid berjalan dengan baik. (Dr. Paul Suparno, 1997)
Pembelajaran  Matematika
Untuk membentuk generasi muda yang cerdas dan berkarakter yang baik, matematika menjadi salah satu bahan ajar yang diberikan kepada murid.                   Mengapa matematika? Matematika adalah ilmu yang jujur, apa adanya, bepikir dan bertindak berdasarkan fakta,berpikir dan bertindak dengan sabar, tidak mudah emosi ulet dan teliti. Jika karakter ini menjadi karakter generasi bangsa ini yakinlah bangsa kita terbebas dari korupsi, tawuran dan teroris.
Pembelajaran matematika di sekolah harus dilakukan dengan baik supaya karakter-karakter tadi dapat merasuk kepada pribadi-pribadi murid. Pembelajaran matematika harus menempatkan murid sebagai subyek. Murid diberikan kesempatan untuk membangun dirinya sendiri (seperti pada teori konstruktivisme).
Guru harus selalu sabar, guru harus terus menerus membimbing murid untuk memasukkan nilai – nilai karakter tersebut. Sebagaimana menurut teori konstruktivisme, guru hanya sebagai motivator dan fasilitator. Sebagai motivator guru harus memberi dorongan kepada murid untuk mengembangkan dirinya. Guru sebagai fasilitator atau alat bukan tujuan. Guru seharusnya rendah hati, tidak sombong, tidak gila hormat. Guru harus sadar, karena sebagai alat, mungkin pada suatu saat tidak dipakai murid. Guru harus memberi teladan hidup yang baik bagi para muridnya, tetapi guru jangan menyuruh muridnya untuk mencontoh guru, bahayanya jika ada tindakan – tindakan guru yang tidak baik juga dicontoh muridnya ( guru juga manusia ).
Masalah Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika di sekolah bertujuan bukan hanya mengolah pikiran murid supaya menjadi cerdas, tetapi juga mengolah rasa supaya menjadi manusia yang disiplin, teliti, jujur, tanggung jawab, empati dan bekerjasama. Membelajarkan matematika kepada murid tidak mudah. Guru harus sabar, seperti pernah dikatakan Gusdur “sabar tidak ada batasnya, kalau ada batasnya berarti bukan sabar”. Guru juga tidak boleh menyerah menghadapi masalah siswa dan guru harus selalu belajar.
Banyak paradigma yang salah dari murid dan orang tua tentang pembelajaran matematika. Paradigma itu adalah pelajaran matematika itu sulit. Paradigma bahwa pelajaran matematika itu sulit banyak disampaikan orang tua kepada anaknya (mungkin maksud dari orangtua supaya anaknya rajin belajar matematika). Tetapi apa yang terjadi?.  Banyak anak yang takut terhadap pelajaran matematika. Diperparah lagi banyak komentar dari masyarakat “ kalau tidak sulit namanya bukan matematika”. Maka dibenak murid mata pelajaran matematika itu sebagai momok yang menakutkan, kalau bisa dihindari. Kenyataanmya sekolah di mana saja, jurusan apa saja pasti ketemu dengan yang namanya matematika. Jadi banyak murid yang belajar matematika karena terpaksa.
Menurut sifatnya matematika adalah ilmu yang abstrak. Bagi anak – anak yang tahap berpikirnya masih konkrit akan kesulitan mempelajari matematika jika guru tidak mensiasatinya. Celakanya lagi kurikulum pembelajaran matematika tidak berurutan apalagi kalau berkaitan dengan pelajaran yang lain, misalnya fisika. Contohnya pada pelajaran fisika membutuhkan trigonometri, tetapi trigonometri yang merupakan materi ajar matematika belum dipelajari. Dari guru fisika mengatakan bahwa materi trigonometri merupakan bagian dari matematika, maka menambah lagi beban para murid bahwa matematika itu sulit. Sadar atau tidak sadar guru matematika sendiri ikut berperan dalam membentuk persepsi bahwa matematika itu sulit. Guru matematika sering mengejar ketercapaian jumlah kompetensi yang disyaratkan dalam kurikulum. Guru matematika juga sering mengejar hasil akhir, misalnya hasil Ujian Nasional, dalam persiapan Ujian Nasional guru paling sering menggunakan  metode drill, bagi murid yang kurang menguasai konsep, metode drill membuat persersi murid semakin mantap bahwa pelajaran matematika itu sulit.
Kondisi di atas memang bukan akhir dari pembelajaran matematika. Kita sebagai guru matematika mestinya harus keluar dari situasi tersebut. Memang tidak mudah tetapi kita harus yakin bisa mengatasinya. Beberapa cara yang dapat saya sampaikan untuk mengatasi pembelajaran tersebut : 1) Semuanya harus dimulai dari guru.  2) Guru matematika harus berprinsip bahwa saya menjadi guru untuk muridku.  3)  Menghormati apa yang dilakukan murid.  4) Masuk ke dalam dunia murid dalam proses pembelajaran. 5) Dekat dengan murid. 6) Menggunakan media yang konkrit.
Selamat berjuang para guru, demi masa depan bangsa.

B. Sri Subekti
(Seorang gurumatematika)