Rabu, 22 Desember 2010

Selamat Hari Ibu

Pada tanggal 22 Desember 2010 diperingati sebagai hari ibu. Ibu memang orang yang paling berjasa dalam hidup kita. SELAMAT HARI IBU.
Ada yang memperingati dengan cara bapak-bapak mencuci pakaian secara massal, ibu-ibu lomba dayung dan lain-lain.

Selasa, 21 Desember 2010

Begja Aku Jadi Guru

Dulu sekitar 1999 di Muntilan saya naik sepeda motor bututku plat Jakarta berangkat ke sekolah tanpa memakai helm, memang jarak kostku dengan sekolah hanya sekitar 500 m dan melewati jalan desa. Diperjalanan ada teman guru lain sekolah yang sedang berjalan kaki pergi ke sekolah karena masih pagi saya menawarkan diri untuk mengantar. Dan benar tawaran saya diterima dan minta diantar sampai bangjo pasar saja (sebutan untuk lampu rambu-rambu lalulintas di pertigaan dekat pasar Muntilan).Sesampai di bangjo,kebetulan lampu baru menyala merah dan semua kendaraan berhenti, begitupun saya dan teman saya tadi turun dan belok ke kiri dengan jalan kaki menuju sekolahnya. Saya berniat balik kearah semula ternyata saya baru sadar kalau jalan tersebut searah. Akhirnya saya terus maju melewati bangjo tersebut setelah lampu menyala hijau. Naas memang nasib saya ternyata didepan ada polisi yang siap menghadang sepeda bututku. Prittt, saya disuruh minggir dan "selamat pagi pak"saya jawab: selamat pagi. Mau ke mana pak? (belum saya jawab) Bapak polisi tadi sudah bertanya lagi kok tidak paki helm? iya pak jawabku. Bapak guru ya (mungkin polisi tadi melihat saya memakai baju PSH/seragam kas guru) lagi-lagi saya hanya menjawab ya sambil malu-malu jangan-jangan ada murid yang melihat saya.Mana kunci motornya dan bapak pulang jalan kaki menambil helm! kata pakpolisi dengan tegasnya, Begja aku, kaarena aku seorang guru, kalau tidak bisa-bisa aku ditilang atau disuruh titip uang denda. Mungkin bapak polisi tadi berpikir ini guru pasti tidak punya uang. Memang betul saya tidak punya uang, maklum guru GTT gajinya untuk makan saja tidak cukup, apalagi untuk membayar denda. Kalau benar-benar ditilang ya paling sepeda motor bututku saya suruh bawa sekalian, pikirku.
Setelah merenung sejenak akhirnya sayaberjalan belok kanan dan disana terlihat tukang oek di pos ojek yang baru menunggu penumpangnya. Akal bulusku muncul memang saat itu saya masih guru muda yang kreatif dan se maunya sendiri. Lha ini aada yang dapat membantu yaitu tukang ojek, sayahampiri tukang ojek dan setelah bercerita kesanakemari, saya sampaikan maksudku yaitu ingin pinjam helm. Tukang ojek tadi tanya: Pak guru ya, monggo silahkan bawa saja, "begja aku dadi guru", kalau tidak harus pulang jalan kaki betulan. Setelah dipinjami helm saya langsung jalan menuju pak polisi tadi. Kok cepet banget pak? iya pak wong rumahnya dekat, hanya situ itu lho. Setelah kunci diberikan langsung aku memakai helm dan mengendarai motor menuju pos ojek,terima kasih pak ojek. Begja aku dadi guru.

Selasa, 14 Desember 2010

SBY (Sumber Bencana Yogya)

SBY (Sumber Bencana Yogya) itulah bunyi spanduk besar saat sidang terbuka rakyat Yogyakarta pada hari senin 13 Desember 2010. Pada saat itu memang rakyat yogya menuntut Yogyakarta tetap merupakan daerah istimewa dengan penetapan Sri Sultan sebagai gubernur dan Paduka Sri Paku alam sebagai wakil gubernur.Saya memang bukan orang Yogyakarta tetapi Saya orang Klaten dan bekerja di Muntilan. Ada teman yang berseloroh pada saya kalau kamu ingin pulang ke Klaten harus mencari paspor dulu, karena harus melewati Yogya.

Kamis, 25 November 2010

Simbah Merapi Lagi Punya Gawe

Pada hari Selasa Pahing tanggal 26 Oktober 2010 sekitar pukul 18.30 menunjukkan kehebatannya yaitu dengan meletuskan diri. Di Muntilan, tempat aku dan keluargaku tinggal diguyur hujan kerikil. Waktu itu aku sekeluarga sedang santai sambil nonton televisi, kok kayaknya bau got mampet kata istriku, saya dan anakku bilang iya he, memang saat itu baru gerimis mungkin got depan rumah mampet. Karena penasaran istri saya keluar dan melihat kondisi got di depan rumah ternyata kondisi got baik-baik saja.
Akhirnya masuk lagi dan duduk-duduk bersama lagi, tidak selang berapa lama turun hujan kerikil berbarengan dengan gerimis. Warga di perumahanku panik tidak terkecuali saya dan keluarga.Bapak Ketua RT (Bapak M. Komarudin) memukul-mukul tiang telepon dan mengumumkan lewat pengeras RW, bahwa gunung merapi telah meletus dan warga diharap waspada. Warga yang mempunyai mobil kebanyakan pada meninggalkan perumahan untuk mengungsi. Walaupun hanya berlangsung kira-kira 15 menit hujan kerikil membuat suasana mencekam.
Erupsi merapi yang pertama ini menelan kurban jiwa : mbah Marijan dan beberapa orang di Cangkringan dan satu bayi dari Srumbung Magelang yang mengalami sesak nafas dan akhirnya meninggal. Suasana kota Muntilan setelah erupsi tgl 26 Oktober ini sungguh tidak baik untuk kesehatan karena debu vulkanik bertebaran dimana-mana dan membuat nafas menjadi sesak. Beberapa hari memang merapi erupsi terus tetapi arah debu tidak ke Muntilan. Ada teman yang mengatakan kalau sudah ada kurban jiwa maka merapi mereda. Saya merasa aman dan mulai bersih-bersih rumah. Tetapi pada tanggal 4 Desember 2010 pagi-pagi buta merapi meletus lagi dan muntilan hujan pasir deras sekali.Seperti biasa pagi itu kami sekeluarga menyiapkan aktifitas pagi untuk berangkat mengajar dan anakku sekolah. Karena hujan pasir yang begitu lebat anak dan istri nunut tetangga yang membawa mobil, sedangkan saya seperti biasa naik sepeda motor lengkap dengan jas hujan dan masker. Sesampainya dipintu gerbang sekolah saya dihampiri kepala sekolah dan menyampaikan kepada saya bagaimana kalau proses belajar tidak dilakukan dan siswa diharap pulang kerumah masing-masing, saya jawab iya karena memang kondisi tidak memungkinkan untuk belajar. maka guru-guru berdiri didepan pintu gerbang untuk memberi tahu siswa yang berangkat untuk pulang kembali karena suasana tidak memungkinkan untuk belajar.Hari itu Kota Muntilan gelap karena seharian penuh hujan abu bahkan listrik juga mati. Malam harinya menjelang tanggal 5 Desember Bumi di Muntilan bergetar, rumah-rumah serta jendela-jendela rumah bergetar dan berbunyi trekkk terus menerus.Inilah letusan merapi yang paling dasyat, rumah saya yang belakang ambrol. Malam menjelang pagi itu juga istri saya telepon adik yang berada di Ambarawa dan adik akan menjemput keluargaku untuk mengungsi. Setelah saya menghubungi kepala Sekolah dan sekolah dinyatakan libur serta sekolah digunakan tempat mengungsi, Akhirnya tanggal 5 Desember pagi kami mengunsi beserta keluarga pakde yang sebelumnya ngungsi dirumahku. Tanggal 11 Desember 2010 aku ke Muntilan dan melihat rumahku ternyata didalam rumah banjir karena rumah yang belakang sudah roboh dan air hujan masuk. Barang-barang yang berharga aku naikkan ketempat yang lebih tinggi supaya tidak kena air dan aku tinggal lagi mengungsi ke Ambarawa.Sabtu 13 Desember 2010 aku kembali ke Muntilan karena disekolahku ada rapat dan sekolah dimulai lagi hari seninnya. Setelah sampai dirumah ternyata rumah tidak layak huni, aku menghubungi kakak dan ponakanku untuk membantu beres-beres rumah. Minggu tanggal 14 Desember 2010 Kakak dan ponakan dari klaten datang dan ada juga paklikku dari Semarang dan bere-beres rumah, bahkan abu dan debu di depan rumah tebalnya kira-kira 20 cm.
( cerita ini dibuat bersambung)

Jumat, 25 Juni 2010

NOL Kilo Meter

Setelah Operasi tumor otak dan proses penyembuhan, kehidupan saya dimulai dari NOL tapi saya bersyukur kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk hidup.
NOL Makan dan Minum: Bagi orang kebanyakan makan adalah sesuatu yang sangat mudah dan menyenangkan, tapi tidak bagi saya. saya tidak makan dan minum layaknya manusia biasa, makan dan minum lewat mulut. saya makan dan minum lewat sonde (selang yang dimasukkan lewat hidung sampai lambung) selama 7 bulan. Kalau mencoba makan dan minum pasti batuk-batuk dan kesasar masuk hidung, tapi saya bersyukur kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk hidup.Setelah sonde dilepas bukan berarti terus bisa makan layaknya orang biasa. Dimulai dari makan dan minum dengan sendok kecil atau sendok teh, dilanjutkan dengan sendok makan dan bisa makan biasa tapi makanannya harus berkuah dan akhirnya bisa makan sembarang walaupun harus pelan-pelan dan hati-hati kalau tidak bisa keselak-selak dan batuk-batuk.
NOL Berjalan : Bisa berjalan melalui proses yang panjang juga. Mulai belajar duduk, setelah bisa duduk mulai belajar berdiri dengan pegangan apa saja yang ada, dilanjutkan berjalan dengan menggunakan bantuan krek kaki empat seperti layaknya orang yang kena strok, dilanjutkan berjalan didalam rumah sambil berpegangan apa saja yang ada dan bisa berjalan biasa walaupun belum sekokoh dulu sebelum sakit, tapi saya bersyukur kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk hidup.
NOL Bicara dari bicara yang orang lain tidak bisa menangkap tetapi orang yang saya ajak bicara biasanya manggut-manggut tapi belakangan diakui bahwa dulu kalau bicara tidak jelas (manggut-manggut hanya untuk menyenangkan saya), terus bicara yang bisa menangkap orang-orang terdekat saja dan akhirnya bisa bicara yang bisa ditangkap orang lain, walaupun belum sejelas gaya bicara saya sewaktu belum sakit(kata orang suara saya dulu volumenya keras, memang saya seorang guru yang suaranya harus keras),tapi saya bersyukur kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk hidup.
Nol Keuangan : Memang biaya rumah sakit, terapi dan obat sangat banyak paling tidak menurut ukuran saya. Walaupun banyak dibantu oleh saudara, teman, tetangga, murid, mantan murid dan orang tua murid bahkan orang yang tidak saya kenal tetapi keuangan keluarga saya dimulai dari nol, tapi saya bersyukur kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk hidup.
Dan saya tidak peduli mau NOL atau bahkan Minus saya akan berjuang Untuk kehidupan ini. Karena saya yakin saya lebih berguna hidup dari pada mati. Seperti kata Pepeng : " Tidak akan mati sebelum ajal menjemput".
Semoga Anda tidak seperti saya, Tuhan Memberkati.

Rabu, 31 Maret 2010

Ujian Nasional SMP

Ujian Nasional SMP dan sekolah yang sederajat dilakukan serentak di seluruh wilayah Indonesia, yaitu pada tanggal 29 Maret 2010 sampai dengan 1 April 2010.
Senin, 29 Maret 2010 mata pelajaran Bahasa Indonesia
Selasa, 30 Maret 2010 mata pelajaran Bahasa Inggris
Rabu, 31 Maret 2010 mata pelajaran Matematika
Kamis, 1 April 2010 mata pelajaran IPA
Bagi saya UN ini merupakan hari pertama tahun pelajaran 2009/2010 saya masuk sekolah setelah cuti panjang mulai dari bulan Juli 2009.
Saya cuti panjang dikarenakan sakit tumor otak sehingga harus operasi dan terapi.

Minggu, 07 Maret 2010

TUMOR




Foto sesudah operasi tumor otak dan sebelum sakit




Hampir satu tahun tidak membuka blog ini karena aku baru mendapat anugerah yang begitu besar yaitu menderita tumor otak.

Sekarang saya bisa berbangga hati karena terbukti mempunyai otak setelah di operasi 2 kali pada tanggal 8 Juli 2009 dan 17 Juli 2009 dan terbukti pula otak saya berada di kepala bukan di dengkul, benar juga kalau saya memakai helm di kepala bukan di dengkul.

PERJALANAN SAUDARA TUMORKU
Tidak seperti kalimat diatas awalnya yang terpikir olehku.
sejak tahun 2008 saya mengalami sakit kepala, awalnya saya pikir sakit kepala biasa atau karena tekanan darah turun sehingga saya banyak makan sate dan tonseng kambing. Ternyata pusingnya sembuh tetapi tidak berapa lama pusing kambuh lagi. Akhirnya saya bawa ke dokter umum dikasih obat dan sembuh tapi lagi-lagi hanya sementara dan kambuh lagi malah ditambah penglihatan yang kabur, sehingga saya lanjutkan pengobatan ke dokter specialis mata. Diberi vitamin dan dianjurkan memakai kaca mata, pusing hilang tetapi penglihatan masih terganggu, saya jalani saja kegiatan saya sehari-hari dengan penglihatan agak terganggu, pikir saya hanya belum terbiasa memakai kaca mata. Waktu berjalan hingga akhirnya pusingnya kambuh lagi yaitu pada bulan April 2009. Pusing kepala belakang kadang pindah ke samping tidak pernah reda, baik bangun tidur, siang waktu kerja ataupun sore ditambah badan rasanya lemas tidak bertenaga, perut mual dan muntah. Setiap saat saya datang ke dokter umum diberi obat dan sembuh sementara, kejadian kedokter umum berulang-ulang membuat saya ingin cek ada apa sebetulnya di kepala saya ini.Atas desakan istri akhirnya pada tanggal 7 Juli 2009 saya dengan diantar istri dan anak saya periksa ke dokter specialis syaraf rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Oleh dokter dianjurkan untuk CT Scan dan hasilnya diharapkan membawa ke dokter untuk di ambil tindakan. Dengan rasa agak takut saya masuk ruang CT Scan, ternyata hanya sekitar lima menit didalam ruang dan akhirnya disuruh nunggu sekitar dua jam. Sambil menunggu hasil saya masih sempat main-main ke Gramedia.Tiba saatnya mengambil hasil CT scan untuk dibawa ke dokter. diperjalanan menuju ruang periksa dokter saya sempat mengintip hasil print out CT Scannya ternyata ada tulisan tumor, seperti disambar petir di siang bolong, matilah aku sampai disini hidupku mungkin, tidak terbayangkan sebelumnya.
Dokter menyampaikan kepada kami : Sekarang jamannya maju penyakit disampaikan terus terang kepada pasien dan keluarga. Menurut hasil CT Scan ada tumor sebesar 3 cm x 2,5 cm disebelah kiri batang otak dan mendekati batang otak sehingga mengganggu sirkulasi cairan otak.Penyakit ini dinamakan hidrocifalus shop, kalau anak kecil kepalanya membesar, karena bapak tengkoraknya sudah keras maka kepalanya tidak membesar tetapi cairan tersebut mendesak organ-organ otak dan mengganggu fungsinya, kata dokter. Kata dokter selanjutnya secara medis ini harus dioperasi dan operasinya dua kali,pertama operasi pemasangan selang untuk mengalirkan cairan otak ke lambung. Yang kedua operasi pengambilan tumor. Tetapi semua yang menentukan keluarga. Bisa langsung operasi di sini, pulang dulu atau mencari rumah sakit yang lain. Di rumah sakit ini sering menangani penyakit seperti ini. Waktu itu saya sudah tidak bisa berkata apa-apa, dalam benak saya hanya mati aku, tetapi beda dengan istriku yang begitu tegar menghadapi semua ini. Istri saya langsung menyampaikan operasi di sini saja pak dan sekarang opname. Waktu itu saya ikut istri saja. Setelah menyelesaikan administrasi saya disiapkan untuk persiapan opname dan operasi yang pertama.

Tumor mendekatkan diri pada Tuhan
Dalam persiapan opname saya harus diinfus dan tiduran tidak boleh pergi kemana-mana.
Saya masih menawar pada perawat supaya diijinkan keluar terlebih dulu, sebetulnya saya belum siap untuk operasi tetapi tidak saya sampaikan kepada siapapun, termasuk istri. Setelah sampai diluar kami (saya, istri, anak dan yang mengantar) ke kantin dulu untuk makan siang bersama, tetapi saya tidak bisa menikmati makan siang waktu itu. Sambil makan yang rasa makanannya tidak karuan tersebut, istri dan teman yang mengantar tadi memberikan penguatan kepada saya, sehingga saya mantap untuk menjalani operasi ini.
Akhirnya saya masuk dalam ruang persiapan, diinfus, tidak boleh bangun dan dibawa ke bangsal Elisabet 2. Karena kami tidak persiapan untuk opname maka istri, anak dan yang mengantar pulang dulu untuk mengambil bekal untuk opname. Saya dibangsal sendirian, pikiran saya gundah mengapa saya harus begini, padahal saya dari kecil belum pernah sakit dan masuk rumah sakit. Paling tidak ada dua pikiran yang menghantui diri saya.
Pertama, salah saya apa sehingga Tuhan harus menghukum saya dengan penyakit tumor otak?, mengapa harus saya? tidak yang lain?. Penyakit yang menurut saya langka karena saya belum pernah menemui saudara atau teman yang terjangkit penyakit seperti ini. Hanya melihat Gugun Gondrong di televisi. Dalam keheningan saya mencoba mencari kesalahan diri saya. Saya telusuri diri saya mulai dari muda sampai sekarang, ternyata tidak saya ketemukan, sehingga pikiran saya balik, mungkin ini cobaan dari Tuhan untuk saya supaya menjadi orang yang lebih kuat dan lebih baik lagi dalam kehidupannya.
Kedua, karena saya seorang guru matematika, pikiran saya langsung berpikir logis matematis, dari mana biaya untuk ini semua?.
Dalam keheningan di bangsal ini saya sempat mikir bagaimana murid-muridku?, lalu saya sms teman (Pak Agung) yang rumahnya Yogyakarta untuk datang ke Rumah Sakit Panti Rapih. Setelah pak Agung datang saya pasrahkan semua tugas saya, Pokoknya kamu tidak usah mikir pekerjaan di sekolah, kamu fokus saja disini, kata pak Agung.
Setelah pak Agung pulang gantian istri saya dan ibu-ibu satu RT datang, kami bercerita tentang penyakitku dengan tegar, padahal kalau pada tahu pikiran saya sedang kacau, masih bisa hidup atau tidak?. Kalau masih hidup, masih bisa jadi guru atau pensiun?, bisa hidup normal atau tidak?, bisa badminton lagi atau tidak?, anak saya masih kecil bagaimana?, biaya operasi dan biaya rumah sakit bagaimana?
Setelah ibu-ibu pulang tinggallah saya dan istri yang berada di bangsal itu. Kemudian aku cerita apa adanya yang ada dalam benakku. Tolong hubungi semua keluarga dan ceritakan semua ini, mintalah pertimbangan, bagaimana menurut mereka. Dan tolong tanyakan kepada dokter atau suster berapa biaya yang dibutuhkan? Hitunglah uang kita kalau cukup yang operasi kalau tidak kita pulang saja. Mendengar perkataan saya, istri saya terdiam dan tidak membantahnya, padahal saya tahu persis kalau istri saya menginginkan operasi secepatnya.Ditengah keheningan datanglah teman guru yang juga mantan kepala sekolah memberikan penguatan bahwa kita sebagai manusia harus menjalani kehidupan ini dengan pasrah.
Keesokan harinya, Rabu, 8 Juli 2009, pagi-pagi, semua keluarga sudah berkumpul dirumah sakit kecuali 2 kakak laki-laki saya, maklum baru menjadi Panitia pemilihan Presiden di daerahnya masing-masing. Semua saudara setuju dan mendukung tindakan operasi secepatnya. Oleh keluarga saya dikuatkan, berpikir positif saja tidak usah mikir yang neko-neko pasti sembuh. Saya akhirnya mantap untuk menjalani operasi ini.Saya pasrahkan hidup saya kepada Tuhan, hidup atau mati berada ditangan Tuhan, belum pernah dalam hidup aku sepasrah ini. Betul-betul dekat dengan Tuhan.
Akhirnya hari itu juga istri saya menandatangani surat persetujuan untuk operasi. 8 Juli hari yang istimewa memang buat saya, 8 Juli 1993 saya jadian berpacaran dengan sekarang yang menjadi istri saya, 8 tahun kemudian yaitu 8 Juli 2001 kami menikah dan 8 tahun kemudian yaitu 8 Juli 2009 saya dibedah kepalanya. Seperti Barisan Aritmetika saja dalam pelajaran matematika.

Tumor Mendekatkan dengan Orang Lain
Tibalah saatnya jam 15.00 WIB tanggal 8 Juli 2009, diiringi istri, saudara-saudara, teman dan kenalan-kenalan saya didorong ditempat tidur menuju ruang operasi, Pasrah waktu itu. Diiringi doa oleh keluarga dan teman-teman semua, akhirnya operasi pemasangan selang untuk mengalirkan cairan dari otak ke lambung sukses. Operasi dilakukan oleh dokter Indro Basuki ini selesai kira-kira pukul 19.00 WIB, karena operasi sukses dan kondisi saya baik maka saya langsung dibawa ke bangsal lagi. Dengan ditunggui istri dan saudara saya menjalani perawatan dengan baik. Karena kondisi saya baik maka dokter bedah syarafnya menawari mau pulang dulu atau dilanjutkan operasi yang kedua yaitu pengambilan tumor, saya jawab pikir-pikir dulu dokter. Dengan pertimbangan dari semua keluarga diputuskan langsung operasi saja, tidak pulang dulu. Pikir saya lebih cepat lebih baik. Akhirnya pada tanggal 17 Juli 2009 pukul 19.00, lagi-lagi aku didorong ditempat tidur menuju ruang operasi untuk pengambilan tumor diotak saya. Entah berapa lama aku dioperasi dan tidak sadar saya tidak ingat lagi, yang ku ingat pagi-pagi aku sadar diruang ICU sudah dipasangi berbagai alat. Oleh perawat diberi makan dan minum, ternyata tidak bisa masuk kelambung. Oleh perawat disarankan untuk makan terus, tidak apa-apa ada yang tidak masuk nanti juga sedikit-sedikit ada yang masuk. Ternyata makanan dan minuman ada yang nyasar masuk paru-paru sehingga menggangu fungsi paru-paru dan kadar oksigen ditubuh tidak normal. Semenjak itu aku tidak sadar lagi, menurut cerita istri saya banyak saudara dan teman yang besuk, aku sudah tidak tahu lagi.






Tumor melatih kesabaran
Pada tanggal 12 Agustus 2009 Dokter sudah mengijinkan saya untuk pulang untuk selanjutnya dirawat di rumah. Dengan tempat tidur yang didorong saya diantar oleh perawat dan diikuti dokter syaraf(Dr. Edi Windarto) diantar ke tempat parkir yang di sana sudah menunggu om dan adik saya yang siap menjemput. Dengan digotong adik saya yang badannya besar saya dimasukkan kedalam mobil.Pulang bukan berarti pengobatan selesai. Karena pengobatan harus dilanjutkan dengan radioterapi (penyinaran)di rumah sakit Dr. Sarjito Yogyakarta. Dengan masih memakai sonde (selang untuk memasukkan makanan cair ke lambung) saya menjalani hari-hari dirumah harus dengan sabar. Pikir saya " orang hidup kok makan saja tidak bisa, padahal bagi orang sehat makan itu sesuatu yang sangat mudah dan menyenangkan". Kesabaran saya diuji lagi dengan dimulainya radioterapi yaitu pada tanggal 24 Oktober 2009. Radioterapi dilakukan setiap hari sebanyak 25 kali dari hari Senin sampai hari Jumat, Hari Sabtu dan Minggu libur. Setiap hari itu saya bolak-balik Muntilan - Yogyakarta, yang ditempuh kira-kira 1 jam perjalanan. Yang benar-benar menguji kesabaran adalah waktu menunggu giliran terapi. Terapinya 5 menit tapi menunggunya bisa sampai 2 jam, bahkan pada suatu saat sudah menunggu 2 jam, sudah hampir sampai pada gilirannya alatnya rusak, sehingga harus pulang tanpa terapi. Pada hari-hari terapi tersebut badan saya menjadi kurus kerontang, berat badan turun 15 kg. Setelah terapi ke 11 rambut saya rontok dan kulit menjadi gosong, untung saya masih memakai sonde (tidak bisa makan kok untung) cairan yang masuk kedalam tubuh cukup banyak tanpa merasakan apa yang masuk tersebut (kata teman yang terapi yang tidak memakai sonde "makanan dan minuman apa saja rasanya tidak enak, ini juga salah satu efek radioterapi), sehingga badan saya gosongnya tidak seperti teman - teman yang lain. Setiap 5 kali radioterapi saya selalu periksa ke dokter, dokter yang menangani saya adalah Prof. Dr. Maesadji. Syukur, Puji Tuhan proses radioterapi saya berjalan lancar dan setiap kali periksa hasilnya baik termasuk hasil laboratoriumnya.
Setelah 20 kali terapi kepala saya di CT Scan lagi, kali ini dilakukan di rumah sakit Bethesda oleh profesor maesadji, dokter yang menangani saya sejak di rumah sakit Panti rapih tentang radiologi dan onkologi. Oleh prof maesadji, dari hasil CT Scan tumor dinyatakan bersih tetapi untuk menuntaskan penyakitnya penyinaran dilanjutkan 5 kali lagi.Pengobatan saya menjelajah di 3 Rumah sakit di Yogyakarta, yaitu rumah sakit Panti Rapih, Rumah Sakit Dr. Sarjito dan Rumah Sakit Bethesda.
Setelah mendapat hasil CT Scan dari prof.Dr. Maesadji saya periksa ke dokter Bedah Syarat, yaitu Dokter yang mengoperasi saya (Dr. Indro Basuki, SpBs) dan oleh Dr. indro juga dinyatakan penyakitnya sudah bersih dan enam bulan lagi dilakukan observasi.Akhirnya radioterapi selama 25 kali selesai juga.Tetapi bukan berarti pengobatan selesai, karena saya masih memakai sonde, belum bisa makan dan minum. Untuk penyembuhan supaya bisa makan dan minum dilajutkan dengan pijet anatomi di tempat pak Edi perumahan purwomartani, kalasan, Yogyakarta. Entah sampai berapa kali saya sudah lupa, yang jelas lebih dari 15 kali, akhirnya sonde dilepas yaitu pada tanggal 12 Februari 2010. Saya mulai berlatih makan dan minum seperti layaknya bayi (orang tua kok latihan makan dan minum, memang harus sabar, kalau tidak mungkin saya sudah almarhum). Minum dan makan dengan memakai sendok kecil (sendok teh), karena kalau terlalu banyak yang dimasukkan selalu makanan/minuman tersebut kesasar ke hidung.Makanan sayaberupa bubur yang sangat lembut, seperti bubur bayi instan. Atas bimbingan istri saya, harus sabar saya bisa makan dari bubur bayi, bubur biasa, nasi tem, dan nasi biasa. Puji Tuhan saya sekarang sudah dapat makan biasa walaupun makanannya harus banyak kuahnya (airnya). Dan saya sudah mulai masuk kerja walaupun belum mengajar mulai tanggal 29 Maret 2010. Saya juga bersyukur kepada Tuhan bahwa sampai sekarang saya masih diberi kehidupan walaupun suara saya sekarang lemah dan tidak begitu jelas. Tetapi saya yakin bahwa semua ini akan sembuh.

Terima kasih atas dukungan doa dan dukungan berupa apa saja kepada saya sehingga saya bisa sembuh dan kembali berkarya, kepada:
1. Istri dan anakku tercinta
2. Keluargaku dari Klaten, Ambarawa, Banyubiru, Wonogiri, Jakarta dan Muntilan.
3. Dokter-dokter Rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta
4. Ketua Yayasan Marsudirini Semarang
5. Perawat dan karyawan rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta
6. Para Romo dan Bruder
7. Suster-suster OSF
8. Suster-suster CB
9. Teman-teman guru dan karyawan TK, SD, SMP dan SMA Marsudirini Muntilan
10. Bapak-bapak dan ibu-ibu warga perumahan Wonolelo Indah Muntilan
11. Teman-teman alumni PRMK IKIP Semarang
12. Teman-teman sepermainan waktu kecil di desa.
13. Alumni SMP Marganingsih Muntilan
14. Siswa-siswi SMP Marganingsih dan SMA Marsudirini Muntilan
15. Orang tua siswa dan orang tua alumni SMP Marganingsih Muntilan
16. Semua saja yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.